CIAMIS: Perajin Tahu dan Tempe di Ciamis Hentikan Produksi, Harga Kedelai Makin Mahal

- 19 Februari 2022, 11:22 WIB
Dampak dari terus naiknya  harga kedelai berdampak pada perajin tahu dan tempe di Ciamis. Mereka terpaksa menghentikan produksinya karena dilematis.Tampak peralatan membuat tahu dibiarkan nganggur
Dampak dari terus naiknya harga kedelai berdampak pada perajin tahu dan tempe di Ciamis. Mereka terpaksa menghentikan produksinya karena dilematis.Tampak peralatan membuat tahu dibiarkan nganggur /Nurhandoko Wiyoso/Pikiran Rakyat

Dia mengaku setiap hari membutuhkan 30 kilogram kedelai. Bahan baku tahu tersebut dibeli di pasar, karena tidak menjadi anggota Kopti. “Beli di pasar, harga dan kualitasnya sama dengan di Kopti,” ujar Daryan.

Baca Juga: Prediksi Wellington Phoenix vs Sydney FC, Pratinjau Berita Tim A-League 2021 2022

Pria yang telah puluhan tahun menggeluti tahu itu mengatakan, kenaikan harga kedelai dirasakan terus melambung sejak awal Tahun 2022. Sebelumnya kedelai masih bertahan pada kisaran Rp 8.000 – Rp 9.000 per kilogram.

“Sekarang naik sangat tinggi, Rp 11.500 per kilogram. Padahal di pasaran kedelai banyak, tapi harga tinggi. Kalau terus naik, bukan tidak mungkin bakal berhenti. Harapan saya, paling tidak harga Rp 9.000 – Rp 10.000 per kilogram atau turun lagi,” tuturnya.

Dia mengatakan di wilayah Cisadap terdapat lebih dari perajin tahu dan sedikit tempe. Akibat harga kedelai semakin mahal, beberapa perajin menghentikan usahanya. “Ada beberapa yang berhenti. Menunggu sampai harga normal lagi,” kata Daryan.

Baca Juga: Lirik Lagu Dengarkanlah di Sepanjang Malam Aku Berdoa 'Cinta Sampai Mati' - Raffa Affar

Perajin lainnya, Suparman juga mengeluhkan hal sama, soal mahalnya harga kedelai. Dia memilih tetap bertahan, meskipun untung sedikit. Agar usahanya tetap berjalan, terpaksa menyiasatinya dengan sedikit memperkecil ukuran.

Perajin tahu dan tempe, lanjutnya, tidak mau ambil risiko jika ukuran produksinya dibuat sangat kecil. Karena tidak hanya diprotes tetapi juga khawatir pelanggan kabur. “Tidak apa-apa, masih ada untung sedikit,” tutur Suparman.

Dia mengungkapkan tahu produksi Desa Cibodas, tidak hanya memenuhi pasar di Ciamais, tetapi juga di pasarkan di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya.***(Nurhandoko Wiyoso/Pikiran Rakyat)

 

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x