Dia mengaku setiap hari membutuhkan 30 kilogram kedelai. Bahan baku tahu tersebut dibeli di pasar, karena tidak menjadi anggota Kopti. “Beli di pasar, harga dan kualitasnya sama dengan di Kopti,” ujar Daryan.
Baca Juga: Prediksi Wellington Phoenix vs Sydney FC, Pratinjau Berita Tim A-League 2021 2022
Pria yang telah puluhan tahun menggeluti tahu itu mengatakan, kenaikan harga kedelai dirasakan terus melambung sejak awal Tahun 2022. Sebelumnya kedelai masih bertahan pada kisaran Rp 8.000 – Rp 9.000 per kilogram.
“Sekarang naik sangat tinggi, Rp 11.500 per kilogram. Padahal di pasaran kedelai banyak, tapi harga tinggi. Kalau terus naik, bukan tidak mungkin bakal berhenti. Harapan saya, paling tidak harga Rp 9.000 – Rp 10.000 per kilogram atau turun lagi,” tuturnya.
Dia mengatakan di wilayah Cisadap terdapat lebih dari perajin tahu dan sedikit tempe. Akibat harga kedelai semakin mahal, beberapa perajin menghentikan usahanya. “Ada beberapa yang berhenti. Menunggu sampai harga normal lagi,” kata Daryan.
Baca Juga: Lirik Lagu Dengarkanlah di Sepanjang Malam Aku Berdoa 'Cinta Sampai Mati' - Raffa Affar
Perajin lainnya, Suparman juga mengeluhkan hal sama, soal mahalnya harga kedelai. Dia memilih tetap bertahan, meskipun untung sedikit. Agar usahanya tetap berjalan, terpaksa menyiasatinya dengan sedikit memperkecil ukuran.
Perajin tahu dan tempe, lanjutnya, tidak mau ambil risiko jika ukuran produksinya dibuat sangat kecil. Karena tidak hanya diprotes tetapi juga khawatir pelanggan kabur. “Tidak apa-apa, masih ada untung sedikit,” tutur Suparman.
Dia mengungkapkan tahu produksi Desa Cibodas, tidak hanya memenuhi pasar di Ciamais, tetapi juga di pasarkan di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya.***(Nurhandoko Wiyoso/Pikiran Rakyat)