PRIANGANTIMURNEWS - Pada awal era kemerdekaan Indonesia di Ibukota Jakarta, F.F.A. Busé memberikan surat kepada Hoofdambtenaar Voor Gemeentezaken Van Den Tijdelijken Bestuursdienst Batavia untuk meminta izin membangun Bioskop bertempat di Willemlaan no.3, Batavia-Centrum.
Isi surat singkat tersebut permohonan untuk membangun gedung Bioskop secara permanen.
Di surat itu terdapat informasi untuk membangun bioskop tempat pertunjukan film dan lembaga sensor di jalan Theresia Kerkweg dan Jalan Tamarindelaan.
Baca Juga: CARA MUDAH Cek Nama Penerima BLT UMKM BPUM, Klik aja Link eform.bri.co.id/bpum
Jakarta sebagai Ibukota memiliki bioskop yang tertua yang pernah berdiri, bahkan salah satunya masih ada dan menjadi cagar budaya.
Bioskop – bioskop tua di Jakarta antara lain bioskop Menteng Megaria yang sekarang menjadi Metropole, Garden Hall, Astoria, Rivoli, Grand, dan Orion.
"Nama-nama bioskop masih menggunakan bahasa asing karena dibangun pada masa penjajahan Belanda," dikutip priangantimurnews.pikiran-rakyat.com dari Instagram @arsip_jakarta 15 Oktober 2021.
Baca Juga: Para Pencari Kerja Diprioritaskan Ikuti Program Kartu Pekerja, Berikut Penjelasannya
The history of cinema in Jakarta began in 1947
In the early years of the era Indonesian independence, especially in the capital city.
someone named F.F.A. Busé gave a letter to Hoofdambtenaar Voor Gemeentezaken Van Den Tijdelijken Bestuursdienst Batavia asking for permission to build a cinema with the address at Willemlaan no.3, Batavia-Centrum.