MITOS atau FAKTA, Orang Jawa Dilarang Menikahi dengan Orang Sunda, Ini Penjelasannya

3 Juni 2022, 16:15 WIB
Pernikahan Adat Jawa, Sleman, Yogyakarta, The Manohara /

PRIANGANTIMURNEWS - Suku Jawa (Bahasa Jawa: Ngoko: (Wong Jawa), Krama: (Tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia.

Suka jawa ini berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon (Jawa Barat) dan Kabupaten/Kota Serang–Cilegon (Banten).

Pada tahun 2010, setidaknya 40,22% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERHEBOH: Makin Panas Para Saksi Saling Tuding, Begini Kondisi Yoris Saat Ini

Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Kaledonia Baru dan Suriname, karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja.

Saat ini suku Jawa di Suriname menjadi salah satu suku terbesar di sana dan dikenal sebagai Jawa Suriname.

Ada juga sejumlah besar suku Jawa di sebagian besar provinsi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Belanda.

Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Baca Juga: Freddie Adu, Sang Wonderkid yang Gagal, Dikira Akan Menjadi Penerus Pele, Malah Jadi Pecundang

Meskipun demikian, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi oleh lebih dari seribu tahun interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha.

Pengaruh ini masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Jawa.

Dengan populasi global yang cukup besar, suku Jawa adalah kelompok etnis terbesar keempat di antara umat Islam di seluruh dunia, setelah bangsa Arab, suku Bengali, dan suku Punjab.

Mitos ini pertama kali berkembang sejak peristiwa Perang Bubat. Perang ini diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda.

Baca Juga: Greysia Polli Umumkan Resmi Gantung Raket, Selama 19 Tahun Gonta-ganti Pasangan

Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri Dyah karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman bernama Sungging Prabangkara.

Namun ada pula yang mengatakan, alasan utama Hayam Wuruk berniat memperistri Dyah Pitaloka karena didorong oleh kepentingan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda.

Namun saat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka, terjadi sebuah kesalahpahaman.

Menurut Kidung Sundayana, alih-alih menyambut kedatangan rombongan Kerajaan Sunda, Patih Gajah Mada menganggap kedatangan mereka sebagai bentuk penyerahan diri, karena ia ingin memenuhi Sumpah Palapa.

Baca Juga: Nominasi 6 Pemain Terbaik PFA 2021-2022: Tak Ada Son Heung Min, Cristiano Ronaldo Posisi 5

Dampak dari peristiwa tersebut, hubungan kedua kerajaan jadi tidak harmonis.

Pangeran Niskalawastu Kancana, adik Dyah Pitaloka yang tidak ikut dalam rombongan akhirnya naik takhta.

Dia memutuskan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Majapahit sekaligus mengeluarkan larangan estri ti luaran (beristri dari luar) bagi kalangan kerabat Kerajaan Sunda.

Peraturan tersebut kemudian diartikan sebagai larangan menikah dengan orang Jawa.

Dari sinilah mitos orang Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa bermula.

Baca Juga: Civitas Akademika Universitas Galuh Ciamis Gelar Sholat Ghaib untuk Eril yang Tenggelam di Sungai Aaree Swiss

Bahkan, jika ada yang nekat melakukannya, konon rumah tangga mereka tidak akan berlangsung lama.

Mengutip postingan Instagram tanggal 08 Desember 2021 oleh Gubernur Jawa Barat @ridwankamil tentang Gadis Sunda dilarang menikahi lelaki Jawa?

Itu hanya mitos yang diproduksi dalam menafsirkan peristiwa bersejarah Perang Bubat yang sudah jauh lewat dan memiliki multitafsir sejarah.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bersepakat dengan kami di Pemprov Jawa Barat untuk terus membangun narasi persatuan dan perdamaian di tengah bisingnya ruang informasi bangsa ini dengan banyaknya tontonan pertengkaran di level elit dan akar rumput.

Baca Juga: Otoritas Penerbangan Arab Saudi Ubah Aturan Keberangkatan Calon Haji

Di Jogja sudah hadir Jalan Pajajaran dan Jalan Siliwangi. Sementara di Bandung hadir Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk.

Banyak yang tidak tahu, jika Alun-alun Utara Jogjakarta salah satu pohon beringin yang bernama Wijayandaru adalah pohon yang bibitnya diambil dari Keraton Pajajaran.

Tarian Bedhaya Sapta ciptaan Sri Sultan HB IX, adalah terjemahan dari Serat Pajajaran yang diekspresikan dalam sendra tari keraton Jogja.

Wacana ataupun Mitos terkait orang Sunda yang tidak diperbolehkan melakukan perkawinan dengan orang Jawa merupakan suatu cerita sejarah yang sudah menjadi multitafsir.

Baca Juga: Interpol Resmi Terbitkan Yellow Notice Untuk Mempermudah Pencarian Eril Anak Sulung Ridwan Kamil

Jangan sampai kita termakan isu-isu yang tidak jelas, sehingga akan merusak masa depan generasi penerus bangsa.

Perlu ditanamkan dalam jati diri masing-masing sesuai dengan Semboyan Negara kita, “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetap satu jua.

Perkara jodoh, maut dan rezeki merupakan Rahasia Ilahi. Sudah menjadi kehendak Tuhan yang menciptakan Alam Semesta ini.***

Editor: Muh Romli

Sumber: Kidung Sundayana

Tags

Terkini

Terpopuler