Perang Nuklir di Depan Mata: Rusia Analisis Kekuatan Gabungan AS, Inggris dan Prancis

23 Maret 2023, 13:49 WIB
Ilustrasi peluncuran roket bertenaga nuklir /

PRIANGANTIMURNEWS - Rusia lakukan analisa kemampuan daya tempur nuklir gabungan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis.

Bulan lalu, Rusia memang membekukan perjanjian pelucutan nuklir Dunia yang bernama 'New START' atau 'Strategic Arms Reduction Treaty.

Hal tersebut menggemparkan semua negara, karena hal tersebut berpotensi untuk menimbulkan perang nuklir kedepan antar negara.

Baca Juga: Dirjen Dukcapil Terbitkan KTP Digital, Ini Syarat yang Harus Dipenuhi

Membekukan sama halnya dengan menangguhkan, itu berarti peluncuran senjata nuklir dapat digunakan untuk alasan keamana negara atau ancaman negara.

Ibukota Rusia, Moskow saat ini tengah mempertimbangkan kemampuan AS, Inggris, Prancis untuk menghancurkan Moskow dalam penentuan nasib perjanjian New START.

Sergey Ryabkov, Wakil menteri luar negeri Rusia mengatakan Moskow tidak akan membatalkan keputusannya tentang pembekuan perjanjian tersebut.

Baca Juga: MasyaAllah! Suka Cita Menyambut Ramadhan 2023 di London, Seolah Memuliakan Minoritas Umat Muslim di Inggris

Hal tersebut disampaikan Ryabkov pada hari Rabu, 22 Maret 2023 bahwa negaranya benar-benar memperhitungkan serangan nuklir  ketiga negara NATO tersebut.

Hal tersebut akan menentukan nasib dari perjanjian New START, dan sekalipun sudah ditetapkan dibekukan Rusia tak akan berbelas kasih.

Dalam pertemuan Ryabkov di Klub Diskusi Valdai, Moskow, Rusia. Diriya menyampaikan bahwa ketiga negara tersebut tengah membentuk 'Front Persatuan'.

Baca Juga: 5 Inspirasi Menu Berbuka Puasa, Mudah Dimasak!

"Mereka membentuk Front Persatuan untuk melawan Rusia dengan tujuan yang dinyatakan menimbulkan kekalahan strategis," ungkap Ryabkov.

"Di atasnya dan menyarankan agar mereka dapat melakukan nuklir bersama. menyerang negara kami," tegasnya.

"Dalam situasi saat ini. Kami harus mempertimbangkan opsi bahwa negara-negara ini dapat bersama-sama menggunakan kemampuan nuklir mereka melawan Rusia," sambungnya.

Ryabkov juga mengatakan bahwa Rusia tidak akan membatalkan keputusannya untuk menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian New START.

Bahkan jika kekhawatiran akan timbul dari perhitungan bantuan AS atas Ukraina dalam serangan terhadap fasilitas strategis Rusia.

Serta lokasi militer Rusia yang telah  ditunjukkan dalam perjanjian New START.

Baca Juga: Kemenkumham Raih Digital Government Award dari Kemenpan RB

 
Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menandatangani undang-undang yang menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian tersebut.

DIrinya mengatakan bahwa Moskow telah menangguhkan perjanjian New START karena meningkatnya keterlibatan Washington dalam perang Ukraina.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada tahun 2010, serta telah diperpanjang pada tahun 2021 selama lima tahun ke depan.

Perjanjian tersebut bertujuan untuk mengontrol dan mengurangi kekuatan nuklir strategis yang digunakan oleh AS dan Rusia.***


Editor: Sri Hastuti

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler