Belanda Akui Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, Atas Dasar Apa?  

15 Juni 2023, 20:15 WIB
Perdana Menteri Mark Rutte akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945/ pixabay @ErikSmit /

 

PRIANGANTIMURNEWS – Rabu, 14 Juni 2023, Perdana Menteri Belanda –Mark Rutte, memberikan pernyataan yang menggegerkan meja parlemen, karena mengatakan bahwa pada hari ini Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

 

Sontak mendengar pernyataan tersebut keadaan parlemen mendadak panas. Setidaknya ada 15 anggota parlemen Belanda yang menolak pernyataan Mark Rutte.

Mereka tidak ingin mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Berita Transfer Real Madrid: Los Blancos mengincar Randal Kolo Muani sebagai pengganti Karim Benzema

Parlemen Belanda tetap dengan prinsipnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949.

Perdana Menteri, Rutte didampingi oleh Menteri Luar Negeri, Wopke Hoekstra dan Menteri Pertahanan Kajsa Ollongren, hadir dalam sidang parlemen. Menurut sejumlah informasi dari media Belanda, Rutte sempat berdebat keras dengan jajaran parlemen.

 

Hal ini membuat parlemen Belanda naik pitam, Perdana Menteri, Rutte seolah tidak menghargai keputusan rakyat banyak.

Adapun 15 kursi parlemen itu tambah naik darah ketika Rutte mengatakan akan meminta maaf pada pemerintah republik atas apa yang terjadi di zaman revolusi fisik.

Baca Juga: Transfer Manchester United: Kim Min-jae akan bergabung dengan klub, Rasmus Hojlund Seharga 60 Juta Euro

Lantas yang menjadi pertanyaan besar dari sikap Rutte adalah, atas dasar apa ia baru mengakui kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan 27 Desember 1949?

Atas Dasar Kemanusiaan yang Dikaji Melalui Riset Mendalam

Melansir pikiran-rakyat.com bertajuk, “Mark Rutte: Belanda Baru Akui Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945 Sepenuhnya dan tanpa Syarat”, pengakuan yang sempat mengguncangkan parlemen Belanda itu diajukan berdasarkan rasa kemanusiaan.

 

Selain itu Perdana Menteri Belanda juga telah melakukan riset secara mendalam hingga akhirnya menghasilkan sebuah penelitian sejarah bertajuk, “Onhafhankelijkheid, Dekolonisatie, Geweld en Oorlog in Indonesië, 1945-1950”.

Baca Juga: Demi Konten! Youtuber Tasikmalaya Rela Dikubur Hidup-Hidup dan Dililit Ular, Berakhir di Rumah Sakit

Penelitian di atas mendalami tentang proses kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan, dan perang di Indonesia dari tahun 1945-1950. Atas hasil penelitian ini tim riset menemukan persoalan yang kemudian membuat Rutter berani mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017 ini menghasilkan beberapa temuan antara lain, pada periode zaman yang dikenal dengan revolusi fisik, militer Belanda telah melakukan tindak kekerasan ekstrim secara terstruktur.

 

Oleh sebab itu Perdana Menteri Rutte merasa harus meminta maaf akan hal ini. Namun alih-alih disetujui oleh wakil rakyat, parlemen Belanda justru menolaknya dengan alasan mempertahankan nama baik.

Pasalnya parlemen Belanda akan merasa dipermalukan dunia internasional apabila pernyataan Rutte –tentang pengakuan kemerdekaan Indonesia 1945, disetujui sepenuhnya.

Baca Juga: Yunani vs Irlandia di Kualifikasi Euro 2024: Pratinjau, jadwal, H2H, Prediksi Skor

Sebab secara tidak langsung pernyataan Rutte menunjukan kebenaran bahwa Belanda telah melakukan kekerasan kepada rakyat Indonesia pada masa Agresi Militer I dan II.

Kendati begitu Perdana Menteri Rutte tetap pada pendiriannya. Ia juga dibela oleh Menteri Pertahan –Kajsa Ollongren. Menurut Kajsa, pengakuan ini bisa merehabilitasi nama-nama veteran yang saat ini masih hidup berjumlah 500 orang.***

Editor: Galih Cipta Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler