PRIANGANTIMURNEWS – Negosiasi yang sudah berlangsung di Wina pada April untuk mencari keterangan tentang bagaimana Iran dan Amerika Serikat bisa kembali patuh terhadap pakta nuklir, pada 2018 ditinggalkan Washington di bawah kekuasaan Presiden Donald Trump dan dilanggar oleh Iran.
Dilansir priangantimurnews.pikiran-rakyat.com dari Reuters pada Minggu, 20 Juni 2021, para pejabat Barat mengingatkan Teheran perihal negosiasi agar menghidupkan kembali terkait kesepakatan nuklir yang tidak bisa berlanjut tanpa adanya batas waktu.
Kedua belah pihak memberitahukan waktu jeda setelah pemilihan presiden garis keras baru di Iran.
Baca Juga: Ini 7 Manfaat Nanas Bagi Kesehatan Tubuh
Jeda waktu mengenai pembicaraan tersebut terjadi setelah adanya Ebrahim Raisi yang merupakan seorang pengkritik keras Barat serta garis keras menang dalam pemilihan presiden Iran.
Menggantikan posisi pragmatis Hassan Rouhani, Ebrahim Raisi akan mulai menjabat pada bulan Agustus, waktu di mana Teheran memperoleh kesepakatan pengekangan program nuklirnya dengan pencabutan sanksi internasional sebagai imbalannya.
Pejabat Iran dan Barat menjelaskan bahwa kenaikan Ebrahim Raisi tidak akan bisa mengubah posisi terhadap negosiasi Iran.
Adanya saran dari beberapa pejabat di Iran tentang Teheran agar mempunyai kepentingan mendorong kesepakatan sebelum presiden baru mengisi jabatan, untuk memberikan Ebrahim Raisi sebuah batu tulis bersih.
Baca Juga: Manchester United Membidik 3 Calon Pengganti Paul Pogba, Jika Sang Bintang Memutuskan untuk Pergi
Inggris, Prancis, dan Jerman (E3) Eropa, bertindak sebagai mediator dengan efektif diantara delegasi Iran dan tim AS bahwa Washington telah keluar dari pakta – bukan peserta formal.