PM Palestina Minta PBB Ikut Intervensi, Pasca Operasi Militer Israel Terhadap Kamp di Jenin

- 27 Januari 2023, 13:32 WIB
Ilustrasi bendera palestina yang berkibar di malam hari.
Ilustrasi bendera palestina yang berkibar di malam hari. /Unplash/


PRIANGANTIMURNEWS - Tragedi berdara di Palestina kembali terjadi pada 26 Januari 2023, pasca operasi Break the Wave oleh tentara Israel yang menyebabkan 10 orang warga Palestina meninggal, 20 orang terluka dan 4 diantaranya kritis.

Menjadikan hari tersebut sebagai yang paling berdarah di bulan Januari, ditambah salah satu korban penembakan adalah warga biasa yang merupakan wanita lansia.

Lantas membuat warga Palestina murka, termasuk diantaranya pembesar negara dan juga negara-negara muslim lainnya.

Baca Juga: Ahirnya 117 Penumpang Gagal Terbang, Pihak Lion Air Minta Maaf dan Berikan Kontribusi!

Mohammad Shtayyeh, Perdana Menteri Palestina menyampaikan sebuah pernyataan yang menyerukan kepada PBB serta seluruh organisasi hak asasi manusia internasional agar ikut intervensi terhadap kasus brutal kali ini.

Segera campur tangan untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina dan menghentikan pertumpahan darah anak-anak, pemuda dan perempuan, ungkap dengan tegas Shtayyeh  

Hal tersebut diungkapkan karena Israel kerap kali melanggar hukum Internasional serta membunuh warganya dengan cara acak, sampai lansia pun mereka tembak.

Kementerian luar negeri Arab Saudi juga mengutuk operasi militer Israel di Jenin dan meminta komunitas internasional agar segera menghentikan agresi Israel, sebagaimana yang dilaporkan oleh Saudi Press Agency.

Baca Juga: Dimulainya Babak Perang Baru, Spoiler Manga One Piece Chapter 1073

Saleh al-Arouri, yang merupakan salah seorang pemimpin terkemuka dari gerakan Hamas yang mengatur Jalur Gaza yang diblokade, mengatakan bahwa tanggapan perlawanan tersebut tidak akan ditunda kembali.

Sementara Youmna el-Sayed dari kantor berita Al Jazeera melaporkan dari Gaza, bahwa faksi-faksi Palestina, dimana salah satunya adalah Hamas telah mengumumkan hari berkabung dan menyatakan keadaan siaga penuh.

Mereka meminta komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban penjahat pendudukan atas kejahatan mereka.

Dan akhirnya meminta orang-orang di Gaza untuk turun ke jalan dan menunjukkan kemarahan mereka terhadap pembantaian yang dilakukan di Jenin, ungkap el-Sayed.

Baca Juga: Benarkah Covid-19 Varian Kraken Sudah Ditemukan di Indonesia?

Pasukan Israel sendiri membenarkan adanya operasi militer tersebut, dimana tujuannya adalah untuk memusnahkan pasukan Jihad Islam yang diduga akan melakukan penyerangan.

Pasukan Israel diketahui melancarkan serangan besar-besaran dengan mengepung kamp pada dini hari dengan pasukan rahasia, puluhan kendaraan lapis baja dan penembak jitu. Bentrokan bersenjata dengan pejuang perlawanan Palestina pecah saat itu.

Jenin diketahui adalah wilayah di Tepi Barat utara di mana Israel telah mengintensifkan serangan selama setahun terakhir untuk menumpas perlawanan bersenjata Palestina yang meningkat.

Aleef Sabbagh, seorang analis politik yang berspesialisasi dalam urusan Israel mengatakan operasi pada Kamis 26 Januari 2023 merupakan peringatan dari serangan yang lebih besar selanjutnya.

Baca Juga: Benarkah Covid-19 Varian Kraken Sudah Ditemukan di Indonesia?

Harus dipahami sebagai sinyal, ini adalah tembakan pertama dalam operasi Israel yang lebih besar yang akan datang. ungkapnya

Kurangnya tanggapan, baik Arab maupun internasional atas apa yang dilakukan Israel, mendorongnya untuk melanjutkan penggerebekan dan pembunuhannya, lanjut Sabbagh.

Menargetkan ambulans dan rumah sakit, mencegah bantuan untuk orang yang terluka, eksekusi lapangan, bahkan pembunuhan Shireen Abu Akleh tidak ada pertanggungjawaban, tegasnya.

Jika tidak ada tanggapan nyata dan kuat, Israel akan terus melakukan apa yang diinginkannya tanpa hukuman, akhiri Sabbagh.

Baca Juga: Buka Pintu Bagi Investor dari Israel, Arab Saudi Garap Beberapa Proyek di Laut Tengah Salah Satunya Kasino

Mawan Bishara Analis Politik Senior Al Jazeera, mengkritik Vedant Patel yang merupakan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang berkata aksi tersebut diakibatkan kelompok teroris serta tidak menyudutkan Israel didalamnya.

Di arena internasional, memerangi terorisme terdengar ajaib. Itu dapat membenarkan apa saja dan segalanya bahkan ketika itu sama sekali tidak benar, ungkap kritik Bishara.

Penggerebekan itu terjadi di wilayah yang disebut Area A, di bawah kendali administrasi dan polisi Palestina sesuai dengan ketentuan perjanjian Oslo.

Anak-anak muda di kamp pengungsian ini hanya berusaha melindungi diri mereka sendiri; itu tidak seperti mereka keluar di Israel dan menembaki orang Israel, tambah Bishara.

Baca Juga: Aksi Bagas-Fikri Awali Babak Perempat Final, Intip Jadwal Atlet Indonesia di Daihatsu Indonesia Masters 2023

Sampai saat ini, jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel selama penggerebekan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki pada Januari telah meningkat menjadi 29 orang.

Termasuk diantaranya adalah lima anak. Diantaranya 15 dari warga yang meninggal berasal dari Jenin. Lebih dari 170 warga Palestina Meninggal dalam serangan yang sama pada tahun 2022, anehnya banyak dari mereka justru adalah warga sipil.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x