Perawat Puskesmas Pameungpeuk Dipukul Keluarga Pasien, PPNI Minta Aparat Usut Tuntas

- 24 Juni 2021, 23:24 WIB
Video saat terjadi pemukulan perawat di Puskesmas Pameungpeuk Garut
Video saat terjadi pemukulan perawat di Puskesmas Pameungpeuk Garut /Pikiran Rakyat/Aep Hendy

PRIANGANTIMURNEWS - Seorang perawat di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Garut ditonjok oleh keluarga pasien.

Penyebabnya gara-gara saat memeriksa pasien, perawat tersebut memakai pakaian hazmat. Itu dilakukan karena pasien suspek Covid 19.

Apa yang dilakukan perawat tersebut dengan memakai pakaian hazmat sudah sesuai operasional prosedur. Apalagi setelah diperiksa ternyata pasien positif Covid 19.

Baca Juga: Mengaku Rosul dan Ajarkan Aliran Sesat, Seorang Pria Diamankan Polisi

Atas pemukulan tersebut, perawat mengalami luka lembam di bagian rahangnya.

Menanggapi pemukulan perawat tersebut, Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Garut, Karnoto, Kamis 24 Juni 2021 menyesalkan pemukulan yang dilakukan keluarga pasien tersebut.

"Kami sangat prihtain sekaligus menyesalkan kekerasan yang dilakukan oknum warga dalam hal ini pihak keluarga pasien terhadap seorang perawat yang terjadi di Puskesmas Pameungpeuk," katanya seperti dikutip priangantimurnews.com dari pikiran rakyat.

Dikatakannya, hal ini tak boleh dibiarkan akan tetapi harus ditindaklanjuti dengan melakukan pengusutan hingga tuntas oleh aparat penegak hukum.

Baca Juga: Mengaku Jenderal Bintang Dua, Hadi Purwanto Ditangkap Anggota Intel Kodim 0725 Sragen

Harus ada efek jera bagi pelaku sehingga ia tak akan mengulangi lagi perbuatannya di kemudian hari dan ini juga harus menjadi contoh bagi yang lainnya agar kasusnya tak sampai terulang.

Menurut Karnoto, tindakan pemukulan pada seorang perawat hanya karena memakai APD/baju hazmat saat sedang bertugas melakukan tindakan pertolongan pertama di Puskesmas yang berada di daerah kategori zona merah penyebaran Covid-19 ini merupakan tindakan pelanggaran hukum.

Apalagi pasien yang ditangani adalah pasien suspec Covid-19 sehingga apa yang dilakukan perawat itu sudah benar dan sesuai standar operasional prosedur (SOP).   


Apalagi tutur Karnoto, hasil pemeriksaan kemudian diketahui bahwa pasien bersangkutan memang positif Covid-19.

Baca Juga: Euro 2020: Inilah yang Disampaikan Karim Benzema kepada Cristiano Ronaldo saat Laga Portugal vs Prancis

Oleh karenanya, kalaupun sudah ada permintaan maaf dari pihak keluarga pelaku, akan tetapi kasusnya harus tetap dilanjutkan dengan proses hukum sesuai yang berlaku.


"Saat ini Covid-19 di Kabupaten Garut memang sedang mengganas dimana terdapat 15 ribu orang lebih yang telah terpapar. Dari jumlah tersebut, 647 orang meninggal dan 15 kecamatan masuk kategori zona merah dengan resiko penularan tinggi, termasuk wilayah Pameungpeu," katanya.


Selain warga, tambahnya, kasus Covid-19 di Garut juga banyak menjangkiti pejabat di lingkungan SKPD sehingga Bupati Garut mengintruksikan menutup seluruh kantor SKPD dan pelayanan. Para pegawai diintruksikan untuk bekerja di rumah atau "work from home" (WFH).  


Pernyataan senada dilontarkan Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman. Ia menilai peristiwa pemukulan yang dilakukan oknum warga terhadap perawat ini merupakan preseden buruk yang seharusnya tidak boleh terjadi. 

Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Masih Masuk Zona Merah


"Tentu sangat menyesalkan pemukulan terhadap tenaga kesehatan apalagi hal itu terjadi disaat tengah kesehatan sangat membutuhkan "support" dari kita. Tugas yang mereka emban itu sangat berat apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini," ujar Helmi.


Ia menilai, tugas yang diemban tenaga kesehatan dalam kondisi seperti ini bukan hanya berat karena banyaknya pasien Covid-19 yang harus mereka berikan pertolongan.

Lebih dari itu, keselamatan mereka pun sangat terancam bahkan saat ini tak sedikit tenaga kesehatan yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. 


Di tengah kondisi seperti sekarang ini, tambah Helmi, tenaga kesehatan seharusnya mendapatkan "support" agar mereka tetap semangat dalam menjalankan tugas mulianya meskipun resiko yang mereka hadapi sangat tinggi.

Baca Juga: Kadis Damkar Garut Meninggal Dunia, Bupati Rudy: Almarhum Orang yang Loyal dan Profesional

Fakta lainnya, saat ini di Garut terjadi keterbatasan tenaga kesehatan untuk penanganan pasien Covid-19 yang sangat membludak.


Banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 memaksa mereka harus menjalani isolasi sehingga mereka tak bisa melaksanakan tugas mulianya.

Selama ini tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat telah berjibaku bertaruh nyawa demi menyelamatkan warga yang terpapar Covid-19.

"Seharusnya sikap-sikap tak terpuji seperti yang dilakukan oknum masyarakat di Pameungpeuk itu bisa dihindari dan tidak boleh terjadi lagi. Ini harus menjadi perhatian kita semua termasuk aparat penegak hukum agar peristiwa serupa tak sampai terulang," ucap Helmi.

Baca Juga: Dituding Covid-kan Pasien Yang Sakit, Begini Pernyataan dr. Corona


Helmi menyampaikan, perawat yang menjadi korban pemukulan itu sudah menjalani visum untuk melengkapi berkas laporan. Hasil visum, korban mengalami luka memar di bagian rahangnya. 


Saat ini, tegasnya, kasus tersebut sudah ditangani pihak kepolisian dan pelaku sudah dalam pengejaran petugas.***(Aep Hendy S/Pikiran Rakyat)


    

 


 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah