Siapakah Para Pejuang Puasa yang Sejati, Simak Penjelasannya

- 20 April 2021, 21:35 WIB
Pejuang puasa sejati berkumpul sambil diskusi bukan berghibah.
Pejuang puasa sejati berkumpul sambil diskusi bukan berghibah. /Pixabay/

PRIANGANTIMURNEWS– Setiap muslim wajib hukumnya untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan baik itu yang berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan, kecuali bagi mereka yang tengah berhadats besar.

Puasa menurut bahasa adalah Al-imsaak, artinya menahan diri dari sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum yang bersifat dhohiriyah tapi juga menahan diri dari hal-hal yang bersifat bathiniyah seperti hawa nafsu, iri, dengki, dan penyakit hati lainnya.

Baca Juga: Simak, Manfaatkan 10 Hari Pertama Bulan Ramadhan dengan 5 Amalan Ini

Orang-orang yang berpuasa dengan meninggalkan sifat bathiniyah merupakan para pejuang sejati dalam berpuasa, sebab Allah Swt tidak membutuhkan lagi amalan mereka dalam menahan diri dari makan dan minum.

Hal ini tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه ةسلم : من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة أن يدع طعامه وشرابه

Artinya :

“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur (perkataan dusta), mengamalkannya, atau tindakan bodoh, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa lapar dan dahaga,” (H.R Bukhari No. 1903).

Baca Juga: Polresta Tasikmalaya dan Dishub Sidak ke Terminal Tipe A Indihiang Kota Tasikmalaya

Dalam hadits ini, dapat diambil pelajaran dua poin penting dalam melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan, yaitu:

Pertama, bila berpuasa tidak memperbolehkan makan dan minum yang hukum asalnya mubah (boleh) dalam kehidupan sehari-hari, tapi di bulan ramadhan hukumnya menjadi haram. Apalagi perbuatan seperti berdusta, ghibah, bersaksi palsu, mengadu domba, dan perbuatan maksiat yang hukumnya haram pada sehari-hari, tentu lebih diharamkan lagi saat berpuasa.

Berdasarkan hadits diatas, makna zuur adalah perkataan dusta atau berbohong adalah aktivitas yang sering dilakukan secara tidak sadar oleh manusia. Berbohong juga masuk kedalam kategori dosa karena dapat menimbulkan perpecahan dalam berpikir.

Baca Juga: Chelsea, Man City dan Real Madrid kemungkinan akan tersingkir dari Liga Champions pekan ini, Ini Alasannya

Selain berbohong, perbuatan yang menyimpang dari kebenaran yaitu maksiat juga harus ditahan dalam diri (bathiniyah) agar pahala-pahala berpuasa tidak dirusak oleh perbuatan maksiat.

Kedua, kesempurnaan dalam berpuasa. Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga tapi juga berpuasa secara lahir dan batin yaitu puasa dari makan dan minum, serta dari perbuatan-perbuatan maksiat yang tak semua orang dapat melakukan.

Namun, sebagai mahluk atau khalifah di muka bumi ini, dengan adanya puasa di bulan ramadhan ini menjadi peluang untuk berlomba-lomba dalam meraih kualitas puasa terbaik dan menjadi para pejuang puasa yang sejati.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Hadis Bukhari Muslim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah