Kepribadian Sutan Sjahrir Telah Berkembang Dalam Iklim Barat

- 4 Juni 2022, 07:37 WIB
Potret Sutan Sjahrir
Potret Sutan Sjahrir /

PRIANGANTIMURNEWS- Akhir musim panas 1929. Seorang pemuda berkulit cokelat menginjakan kaki di Amsterdam. Baru datang dari Hindia Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera terpikat oleh suasana masyarakat Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah beristirahat.

"Tak ada yang melebihi keheranan saya ketika tiba di Belanda," tulisnya dalam Renungan Indonesia."Bulan-bulan pertama selalu terkenang."

Dia pun meneguk sepuas hati kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara warga negeri penjajah dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali.

Sjahrir tak hanya berteman dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada bulan-bulan pertama di Belanda, dia menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERKINI: Ini Alasan Sidik Jari Yoris Tidak Ada Di TKP

Perkumpulan mahasiswa sosial demokrat Amsterdam itu berafiliasi kepada Partai Sosialis Demokrat Belanda (SDAP). Sjahrir ingin mengenal perkumpulan itu lebih dalam.

"Begitu menerima surat itu saya langsung melompat ke atas sepeda, pergi mengunjungi Sjahrir," tulis Solomon Tas dalam Souvenirs of Sjahrir. Rumah Tas tak jauh dari flat keluarga Nuning Djoehana di Amsterdam Selatan, tempat Sjahrir menumpang.

Kedua pemuda itu cepat bersahabat, Sjahrir bergabung bergabung dengan perkumpulan yang dipimpin pemuda keturunan Yahudi itu.

Bersama Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man, dan tentu saja Marx dan Engels.

Halaman:

Editor: Galih R

Sumber: Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x