Wajib Baca,Sejarah Singkat lahirnya PKI hingga Musnah di Indonesia

- 27 September 2022, 20:11 WIB
Ilustrasi anggota PKI sedang mengibarkan bendera PKI /tangkapan layar dari youtube Hipotesa
Ilustrasi anggota PKI sedang mengibarkan bendera PKI /tangkapan layar dari youtube Hipotesa /

PRIANGANTIMURNEWS - Setiap bulan September Indonesia memperingati peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30s/PKI.

Peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30s/PKI itu merupakan hal yang penting karena tepat 55 tahun yang lalu PKI dikatakan hampir saja meraih kekuasaan pemerintahan Indonesia.

Ini bukan pertama kali PKI berusaha meraih kekuasaan atau mengalami konflik dengan pemerintahan.

Baca Juga: Gak Nyangka, Sampai Cedera Siap Baku Hantam! Daisuke Sato Lakukan Hal Ini Demi Kalahkan Persija!

Lalu mengapa dengan segala peristiwa ini, PKI masih sempat menjadi partai yang berpengaruh di Indonesia, sebelum akhirnya dibubarkan secara permanen pada 1965?

Meskipun mencapai kejayaannya pada sekitar 1950-an, benih dari Gerakan partai komunis Indonesia sudah ada ketika Indonesia masih berbentuk Hindia Belanda yakni pada awal 1900-an.

Penjajahan Belanda baru saja mencapai puncaknya setelah menaklukan berbagai wilayah Nusantara dan menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya melalui infrastruktur transportasi.

Baca Juga: Inilah Sejarah dan Makna di Balik Hari Kesaktian Pancasila

Belanda kemudian membuka Hindia Belanda bagi investasi asing serta memperlonggar regulasi perdagangan Internasional yang menjadikannya sebagai pusat eksportir komoditas penting, seperti gula, kopi, rempah-rempah serta karet.

Perekonomian pun meningkat pesat, sayangnya, Belanda mengabaikan satu masalah genting yakni hukum rasial.

Yang mengklasifikasikan kelompok etnis tertentu dalam sebuah Hirarki.

Alih-alih mensejahterakan pertumbuhan ekonomi ini justru mempertajam kesenjangan dan menimbulkan lingkaran rasa dengki antara Etnis Pribumi, Indo-Eropa dan Tionghoa.

Ditambah dengan banyaknya pendatang Belanda yang mendapat hak-hak istimewa, rasa dendam, dan iri, dari berbagai kelompok.

Mulai diterjemahkan menjadi organisasi-organisasi yang mengedepankan kepentingan kelompok tertentu.

Baca Juga: Tiga Pemain Masih Mengalami Cedera, Inilah Prediksi Line up Timnas Indonesia Vs Curacao diLaga kedua Malam Ini

Sarekat Islam adalah salah satu contoh tersebut.

Dibentuk dengan tujuan khusus untuk membantu pedagang Pribumi bersaing melawan pedagang Tionghoa.

Anggota organisasi yang dipimpin oleh Tjokroaminoto ini pun membengkak hingga mengkhawatirkan pemerintahan Belanda akan sebuah pemberontakan.

Dari situasi inilah bibit-bibit pergerakan komunisme lahir.

Pada 1914 seorang warga Belanda Bernama Henk Sneevliet mendirikan organisasi Bernama Perserikatan Sosial Demokrat Hindia atau ISDV di Surabaya.

Organisasi ini berhaluan sosialisme revolusioner yang lebih mempersalahkan penindasan oleh kelas pemilik modal kepada pekerja ketimbang dominasi suatu etnis terhadap etnis lain.

Dengan demikian keanggotaan untuk organisasi ini cenderung lebih inklusif tanpa memperdulikan latar belakang agama maupun suku.

Hanya saja keanggotaan di ISDV masih tergolong sangat sedikit dan didominasi oleh orang-orang Belanda.

Lantas Bagaimanakah organisasi sekecil ini dapat berkembang begitu pesat di kemudian hari?

Akan tetapi pada situasi tertekan dalam kehidupan sehari-hari akibat terjadi peperangan, narasi ISDV seperti eksploitasi serta perjuangan kelas menjadi lebih menarik di mata masyarakat dibandingkan dengan organisasi-organisasi lain yang lebih cenderung lebih eksklusif terhadap kelompok mereka sendiri.

Baca Juga: Sindir Persija Bakal Kalah Dari Persib, Marko Simic Jagokan Luis Milla!? Cek Faktanya

ISDV pun mulai meluncurkan kritikan tajam terhadap Sarekat Islam ketika mengetahui bahwa mereka berencana untuk memasuki parlemen buatan Belanda yaitu Volksraad.

Rencana pemerintahan Hindia Belanda untuk membuat milisi Pribumi Bernama Indie Weerbaar pun menjadi bahan kampanye ISDV.

Perlahan-lahan anggota Sarekat Islam pun beralih menjadi anggota ISDV.

Beberapa tokoh seperti Tjokroaminoto dari kalangan islam dan Tan Malaka dari pihak komunis berupaya untuk menjaga persatuan keduanya.

Namun upaya ini pun tidak berhasil, pada 1920 ISDV dengan resmi berubah menjadi Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Sayangnya, PKI serta organisasi lain tetap gagal untuk Bersatu.

Dan pada 1926, PKI melancarkan pemberontakan sepihak terhadap pemerintahan Hindia-Belanda yang mendorong pemerintahan semakin represif.

Bukan hanya terhadap PKI, namun pejuang lainnya.

Akibatnya dari anggota PKI yang diasingkan ke daerah-daerah terpencil seperti di Papua.

Terlebih dari itu pemerintahan Kolonial Belanda mulai melancarkan politik pecah-belah dengan memisahkan kelompok nasional non-komunis, yang diharapkan terpaparnya radikalisme kiri terhadap kelompok-kelompok nasionalisme lain.

Baca Juga: 5 Link Download Twibbon Maulid Nabi Muhammad Saw Tahun 2022 dan Tata Cara Pemasangannya

Meskipun berupaya untuk memecah belah kelompok perjuangan di Indonesia, taktik ini sudah diendus oleh kelompok nasionalis non-komunis yang lain.

Kegagalan ini menjadi pembelajaran bagi Soekarno muda bahwa kemerdekaan Indonesia hanya bisa tercapai apabila seluruh organisasi perjuangan Bersatu demi kepentingan nasional dan bukan kelompok masing-masing.

Dengan demikian Soekarno menganggap bahwa PKI tidak boleh dilepaskan dari perjuangan nasional.

Ini juga menginspirasi Soekarno untuk mencanangkan ide Nasakom di kemudian hari.

Ketika dia mendirikan Partai Nasional Indonesia, dia memodifikasi filsafat marxisme yang dianut PKI untuk lebih sesuai dengan kondisi Indonesia yang dinamakan marhaenisme.

Nilai-nilai agama yang dipelajarinya dari Sarekat Islam pun diadopsi dan dikombinasikan dengan semangat nasionalismenya.

Baca Juga: Dimas Drajad Merapat ke Persib Bandung! Kick Off Maung Bandung vs Persija Berubah! Cek Faktanya

Namun harapan Soekarno pun tidak berjalan semudah Soekarno kira, pada 1948 Indonesia sudah merdeka tetapi, Partai Komunis Indonesia Kembali melakukan pemberontakan.

Kali ini justru melawan pemerintah Indonesia karena merasa perjanjian Renville yang ditandatangani sangat merugikan Indonesia.

Menurut Muso, Indonesia terlalu lunak pada Belanda.

Otak dari pembunuhan ini, Muso bahkan menuduh Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pengkhianat hingga mendeklarasikan Republik Soviet Indonesia.

Pemberontakan ini digagalkan oleh TNI.

Namun meskipun pemberontakan ini memakan banyak korban jiwa dari personel militer hingga tokoh agama.

Baca Juga: Prediksi Line Up Timnas Indonesia Vs Curacao, Ricky Kambuaya dan Dimas Drajad Absen? Simak Informasinya

Aktivitas PKI tidak kunjung dilarang bahkan oleh Presiden Soekarno sekalipun.

Kesempatan ini digunakan baik oleh D. N. Aidit yang secara cepat, mengubah Haluan partai dari oposisi menjadi partai pro-pemerintahan di bawah kepemimpinannya.

PKI didorong untuk lebih dekat dengan Presiden Soekarno serta partai yang didirikannya yaitu PNI.

Meskipun keduanya berbeda ideologi, dari kedekatan ini meningkatkan pengaruh PKI di masyarakat.

Namun TNI masih mencurigai PKI yang hendak menyebarkan ajaran komunisme dalam tubuh TNI.

Lebih parahnya lagi, PKI dapat mengambil kekuasaan pemerintah apabila Soekarno sudah wafat.

Menjelang akhir dari 1965, hal yang dikhawatirkan PKI dan Angkatan darat mulai terwujud.

Kesehatan Presiden Soekarno mulai menurun dan isu mengenai peralihan kekuasaan mulai beredar.

Dan pada malam 30 September peristiwa berdarah itu pun terjadi setelah peristiwa tragis yang menimpa tujuh jenderal Angkatan darat tersebut.

TNI memutuskan untuk melenyapkan PKI sampai akarnya, TNI sudah tidak dapat mentoleransi keberadaan PKI.

Dengan supersemar Angkatan darat TNI membubarkan PKI serta ormas-ormas lain yang berkaitan.

Seluruh anggota serta pengaruh PKI dilenyapkan dan partai komunis yang awalnya berjaya itu musnah dari Indonesia.***

Editor: Muh Romli

Sumber: Youtube Hipotesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x