Asal-Usul Sumber Panas Gunung Anak Krakatau dan Awal Mula Lahirnya

- 24 Juli 2023, 10:00 WIB
  Dosen ITB Mirzam Abdurrachman ketika menyampaikan webinar tentang 'Dongeng Geologi: Kisah Gunung Anak Krakatau dan Potensi (Volcanogenic) Tsunami Selat Sunda' pada 16 Juni 2020/ Youtube Mirzam Abdurrachman
Dosen ITB Mirzam Abdurrachman ketika menyampaikan webinar tentang 'Dongeng Geologi: Kisah Gunung Anak Krakatau dan Potensi (Volcanogenic) Tsunami Selat Sunda' pada 16 Juni 2020/ Youtube Mirzam Abdurrachman /
 
PRIANGANTIMURNEWS - Gunung Anak Krakatau adalah salah satu Gunung Berapi paling aktif. Asal Usul lahirnya, tidak terlepas dari dampak Zona Subduksi Selatan Selat Sunda.

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman dalam webinarnya yang ditayangkan di Youtube pada 16 Juni 2020.

Dengan judul 'Dongeng Geologi: Kisah Gunung Anak Krakatau dan Potensi (Volcanogenic) Tsunami Selat Sunda'.
 
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Kembali Unjuk Eksistensinya, Tiga Kali memuntahkan Abu Vulkanik Hitam Tebal

Menerangkan asal-usul terbentuknya Gunung Berapi Anak Krakatau di Selat Sunda, yang ternyata memiliki dua sumber panas bumi (magma/lama)

Dirinya bekerja sama dengan ahli Seismic Tomography memeriksa bagian dalam dari Gunung Anak Krakatau.

"Ternyata jika saya tarik garis penampang. Krakatau itu memiliki dua sumber panas," ungkap Mirza.

Mirza menjelaskan bahwa sumber panas pertama Selat Sunda diisi oleh panas yang mengalir dari Lempeng Indo-Australia.
 
Baca Juga: Fakta Mengerikan Letusan Ultra Plinian yang Terjadi di Gunung Krakatau Tahun 1883

Kemudian yang kedua, sumber panas yang berasal dari dalam titik Gunung Anak Krakatau itu sendiri.

"Jadi terbayang ya, satu gelas ini adalah Krakatau. Diisi dari sini (titik pusat), satu lagi ternyata diisi dari tempat berbeda," ungkap Mirzam.

"Padahal volumenya sama. Itu menyebabkan pertumbuhan Gunung Anak Krakatau jadi amat sehat (cepat) karena memiliki dua sumber berbeda," tambahnya.

Tetapi hasil dari Seismic tomography tersebut masih perlu dikonfirmasikan kembali.

Mirzam kemudian melakukan inisiatif untuk melakukan pengecekan Tes DNA Batuan Gunung Anak Krakatau.
 
Baca Juga: 56 Kali Meletus: Anak Krakatau Menempati Urutan Pertama Gunung Api Paling Aktif di Indonesia Tahun 2023

Fungsi dari Tes DNA Batuan tersebut memiliki fungsi untuk mengetahui dari mana asal magma/lava.

"Ketika menemui (hasil analisis) dua garis, satu garis pik naik atas sementara yang satu ke bawah," paparnya.
 
"Ini mengindikasikan bahwa terkonfirmasi  dari Tes DNA Batun. Ada dua sumber berbeda yang mengisi gelas (sumber panas Gunung Anak Krakatau)," tambahnya.

"Sehingga pertumbuhan Gunung Anak Krakatau sangat cepat sekai," sambungnya.

Mirzam kemudian menjelaskan bahwa alasan Gunung Anak Krakatau tahun 2018 meletus ke arah Barat Daya.

Itu disebabkan karena dua sumber panas Anak Krakatau itu sendiri. Meskipun mengisi ditempat yang sama, tetapi posisinya tidak sama tepat.

Sumber panas dari pusat Gunung Anak Krakatau tepat berada ditengah, sementara sumber kedua dari lempeng Indo-Australia sedikit menyamping.
 
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi, Letusan Sampai 600 Meter di Atas Puncak

Itu menyebabkan di dinding kaldera Gunung yang lebih tua di arah sebaliknya, sementara dari arah sumber panas kedua di barat daya terus tumbuh.

Sehingga berat Anak Krakatau tak seimbang, dan terjadilah longsor badan Gunung Vulkanik tahun 2018 yang menyebabkan Silent Tsunami.

"Ketika Ini tidak berada di  garis yang sama maka arah erupsinya akan cenderung mengarah ke Barat Daya," ungpanya.

Kemudian seorang anggota webinar bertanya kepada Mirzam, tentang kaitannya Zona Subduksi yang berbelok di sekitar Selat Sunda terhadap sumber panas Gunung Anak Krakatau.

Zona Subduksi sendiri area dua lempeng yang saling bertemu, membentuk deretan gunung berapi dan sumber gempa bumi. Lokasinya disebut sebagai patahan gempa atau megathrust

Mirzam kemudian membenarkan bahwa sumber panas pertama berasal dari Zona Subduksi, Lempeng Indo-Australia walau sobekannya tidak terlalu tajam di arah selatan Selat Sunda.
 
Baca Juga: Gunung Anal Krakatau Erupsi, Lontaran Abu sampai Setinggi 600 Meter

"Sobekan itu kemudian yang menyebabkan dua sumber panas bertemu dalam satu tempat Anak Krakata. Jadi benar sebenarnya," jawabnya.

Zona Subduksi tersebut menghasilkan Gunung Berapi Anak Krakatau di Selat Sunda.

Dimana sobekan tanah Sumatra yang miring, telah menarik sobekan tanah Jawa yang tegak lurus ke atas.

Selain itu Mirza juga menyampaikan potensi Gunung Berapi wilayah Barat, terutama di Pulau Sumatra memiliki daya ledak yang tinggi.

"Dilihat dari persebaran gunung api di Indonesia, Magma Gunung Berapi di bagian Barat di bagian barat lebih bersifat asam. Semakin menuju Timur semakin basah," tambahnya.

Dilihat dari banyaknya batuan granitik di wilayah Barat Indonesia. Ketika Batuan tersebut bercampur dengan magma menjadi lebih asam. Semakin asam, potensi letusannya semakin dahsyat.***

Editor: Muh Romli

Sumber: Youtube Mirzam Abdurrachman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x