PRIANGANTIMURNEWS - Tradisi nyuguh merupakan tradisi peninggalan nenek moyang yang umurnya sudah ratusan tahun, hingga kini masih terus dilestarikan.
Senin 4 Oktober 2021, warga Kampung Kuta, di Desa karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, menggelar tradisi Nyuguh.
Kegiatan yang melibatkan warga kampung adat tersebut untuk menyambut datangnya Bulan Mulud atau Rabiul Awwal.
Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun itu, hingga saat ini masih tetap hidup lestari di lingkungan masyarakat kampung Kuta.
Kampung Kuta sendiri, merupakan kampung adat yang ada di Kabuaten Ciamis. Nyuguh juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Berbagai seni tradisi seperti gondang buhun (lesung), gembyung dan ibing. Sejumlah warga ikut menari mengikuti irama ritmis yang dihasilkan dari gondang buhun.
Bunyi lesung (lisung) yang dipukul bertalu, mengiringi nyanyian yang isinya penuh dengan petuah atau wejangan.
Tidak ketinggalan, warga juga membuat masakan khusus yang disantap bersama. Salah satu makanan yang selalu ada yakni ketupat khas kampung kuta.
Termasuk kudapan dari aneka umbi-umbian yang ada di Kampung Adat Kuta. Kemudian juga doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur, serta diakhiri dengan makan bersama.
Seperti dilansir priangantimurnews.com dari Pikiran Rakyat, budayawan Ciamis Aip Saripudin tradisi Nyuguh berlangsung turun temurun sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada sang Pencipta.
Nyuguh sangat sarat makna, jangan hanya melihat yang tersurat atau nyata tapi juga dilihat yang tersirat.
“Tradisi ini berlangsung turun temurun, sebagi ugkapan rasa syukur kepada Sang Pecipta. Nyuguh itu sangat sarat makna, jangan hanya melihat yang tersurat atau nyata, akan tetapi juga yang tersirat,” kata Aip Saripudin, Budayawan Ciamis, Senin 4 Oktober 2021.
Dia menambahkan kegiatan Nyuguh di kampung Kuta dilaksanakan tidak melebihi taggal 25 Bulan Shafar (kalender Hijriyah).
Baca Juga: Catat Tanggal Prediksi Pembukaan Prakerja Gelombang 22, Cek Akun Anda Sekarang
Selama berlangsungnya tradisi tersebut, warga adat mengenakan baju atasan warna putih dan bawah warna gelap.
“Selain warna baju yang khas putih dan hitam, bagi laki-laki mengenakan iket atau penutup kepala, khas sunda. Kami bersyukur karena Nyuguh tetap lestari. Ini juga anugerah yang harus disyukuri bersama,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Erwan Darmawan mengatakan Nyuguh yang digelar masyarakat Kampung Adat Kuta merupakan bentuk syukur atas nikmat dan limpahan rezeki dari Allah.
Baca Juga: Warga Histeris, Seorang Pemuda Nekat Terjun dari Jembatan Cirahong Tasikmalaya
Tradisi tersebut tetap hidup, karena sudah membudaya serta mengakar di kalangan masyarakat.
“Tradisi ini harus tetap dipertahankan, karena banyak sekali maknanya. Tidak hanya berkenaan dengan hubungan dengan sesama, akan tetapi juga dengan alam maupun Sang Pencipta,” tuturnya.
Selain Nyuguh di kampung adat Kuta, lanjutnya, di tatar galuh Ciamis masih banyak tradisi leluhur yang terus dilestarikan di Ciamis.
Baca Juga: Dua Petani Tebu di Majalengka Tewas Mengenaskan
Seperti Nyangku di Panjalu, Ngikis di Desa Karangkamulyan, maupun Misalin di Desa Salawe.***(Nurhandoko Wiyoso/Pikiran Rakyat)