Petani Mengeluh, Panen Tomat Banyak yang Retak dan Busuk

13 September 2021, 08:47 WIB
Petani sedang memilah tomat yang baru dipanen di lahan pertanian Desa Japara, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, Sabtu 11 September 2021.* /AJUN MAHRUDIN/Pikiran Rakyat

PRIANGAN TIMUR NEWS -Petani tomat di Desa Sidamulya, Kecamatan Jalaksana Kuningan mengeluh. Hasil panen tomat kali ini turun drastis.

Penyebabnya karena banyak tomat yang pecah dan busuk. Sehingga terpaksa dibuang.

Secara pasti mengapa banyak tomat yang retak dan busuk belum diketahui. Hanya diduga karena dampak dari musim kemarau.

Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta Senin 13 September 2021, Sinopsis: Aldebaran Dalam Bahaya, Hertawan Meninggal

Sementara lahan untuk menanam tomat sangat minim air untuk menyiram karena sumber airnya tadah hujan.


Salah seorang petani tomat Ero (51)  mengaku pada musim panen kali ini mengalami penurunan hasil panen, lantaran panen tomat tidak normal.

Banyak buah tomat yang pecah bahkan membusuk sebelum dipanen, sehingga terpaksa  dibuang. 

Baca Juga: Manfaat Konsumi Vitamin D Dalam 10 Jenis Makanan Ini, Sembuhkan Berbagai Penyakit

Tidak normalnya hasil panen tomat tersebut, kata Ero, penyebabnya adalalah  akibat  cuaca panas selama musim kemarau.

Buah tomat termasuk rentan dengan kondisi cuaca panas, dan guyuran air hujan secara terus menerus. 

Selain faktor cuaca,  diduga  faktor kondisi lahan tidak cocok ditanami jenis sayuran tomat. Apalagi lahan garapannya yang ditanami sayuran tomat yang dipanennya kini  termasuk lahan sawah tadah hujan.  

Baca Juga: 6 Tahanan Palestina Kabur dari Penjara Israel Hanya dengan Sendok Berkarat

Dia mengaku masih meraba raba menggarap lahan tersebut. Sebelumnya, ia menggarap lahan untuk budidaya tomat di lahan berbatu cukup air, di sekitar Desa Sidamulya, Kecamatan Jalaksana, yang sudah teruji cocok ditanami jenis sayuran termasuk tomat. 

“Yang jelas ini  akibat cuaca panas selama musim kemarau. Kalau faktor lainnya saya tidak tahu, apakah lahan ini tidak cocok ditanami jenis sayuran tomat  saya tidak tahu pasti,”  ujar Ero, Sabtu 11 September 2021. 

Menurut dia, melakukan budidaya tanaman sayuran jenis tomat di lahan tersebut, bukan lahan milik sendiri.

Baca Juga: 5 Suplemen Ini Dapat Sembuhkan Gangguan Kecemasan, Stres Hingga Kerusakan Fungsi Otak

Ia menyewa lahan dari warga seluas 200 bata. Lahan pertanian garapannya kini termasuk lahan sawah tadah hujan, yang baru satu kali musim panen. 

Satu kali musim panen, bisa melakukan hingga delapan kali panen. Namun, idealnya hasil panen normal dengan jumlah yang banyak hanya bisa hingga panen ke-3.  

Kini memasuki panen ke-3, namun menurunnya cukup tinggi mencapai sekitar 30 persen. 

Baca Juga: Ditabrak Mobil Porsche Magnum, Pengemudi Ojek Online Kehilangan Kaki Kirinya

Dari lahan seluas itu, kata dia, jika dalam kondisi normal rata –rata satu kali panen mencapai 1 ton tomat.

Jika menurun hanya sekitar 5-10 persen. Namun, kini menurunnya mencapai sekitar 30 persen. 

Meski begitu, ia mengaku tidak rugi lantaran tertolong dengan harga tomat yang mahal.  Ia menjual ke bandar dengan harga Rp 12 ribu per kilogram.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Senin 13 September 2021, Ada Layar Drama Indonesia, Sinetron Ikatan Cinta Hari Ini

“Kalau dibilang rugi tidak, masih bisa menutupi biaya pemeliharaan, upah kerja, membeli pupuk, dan membeli obat pestisida,” ujarnya.*** (Ajun Mahrudin/Pikiran Rakyat)

 

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler