Ini Khasiat Ganja Medis yang Diperjuangkan Sinta untuk Kesembuhan Anaknya, Menurut Pakar dan Psikatri

27 Juni 2022, 16:54 WIB
Ini khasiat ganja medis untuk pengobatan kesehatan./Tangkapan layar laman DW /

PRIANGANTIMURNEWS - Seorang ibu asal Sleman, Yogyakarta, Sinta bersama Pika (anaknya) berjuang agar melegalkan ganja medis digunakan untuk menyembuhkan penyakit lumpuh otak atau Cerebral Palsy.

Sinta menuntut ke Mahkamah Agung (MK) agar mengubah pasal tertentu dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Diketahui, Sinta memperjuangkan penggunaan ganja medis untuk menyembuhkan penyakit yang diderita anaknya, dan tidak ingin kejadian seperti Musa.

Apa sih sebenarnya khasiat dari ganja medis? Sehingga Sinta rela berjuang untuk melegalkannya.

Baca Juga: Jadwal Piala Presiden 2022, Cek Jadwalnya Disini!

Seperti dilansir Priangantimurnews.com dari laman DW, Senin 27 Juni 2022.

Seorang pakar dari Inggris, David Nutt dihadirkan oleh pemohon dalam lanjutan sidang uji materi UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika di Mahkamah Konstitusi (MK).

Psikiatri dan Guru Besar Neuropsychopharmacology dari Imperial College London, menyatakan ganja untuk kesehatan dan diolah secara klinis bisa menjadi obat bagi kesehatan manusia.

"Jadi, yang telah saya lakukan adalah saya berusaha menunjukkan bahwa di Inggris ada bukti sangat kuat untuk efektivitas cannabis medis," katanya.

David menjelaskan ada banyak sekali bukti yang telah mengakibatkan zat ini dikategorisasi ulang. Karena memiliki sifat-sifat atau khasiat medis yang unik.

Baca Juga: Hasil Trofeo Ronaldinho: Persik Kediri Raih Dua Poin Usai Mengalahkan Arema Dari Adu Penalti

Ganja sudah digunakan sebagai obat-obatan selama 5.000 tahun yang lalu. Temuan pertama di kawasan Cina telah menggunakan.

"Sampai Konvensi 1961 karena alasan, sebagian besar alasan-alasan politis, penggunaannya kemudian mulai dilarang di banyak negara," jelasnya.

Dia mencontohkan, tiga tahu lalu di Inggris kontrol atas obat-obatan tersebut dibuka. Dan dijadikan obat atas bukti yang banyak sekali dari pasien-pasien.

Ternyata memiliki kegunaan yang signifikan, yang tidak didapat dari obat-obatan lainnya.

"Jadi di Inggris, cannabis medis kemudian dipindahkan ke kategori II yang artinya adalah dia itu obat," pungkasnya.

Baca Juga: Marshanda Diduga Hilang Saat Berada Di Los Angeles

Diakuinya, siapa pun dokter spesialis diizinkan untuk meresepkan dengan bukti bahwa adanya keamanan atau kemanjuran dari obat itu, untuk penyakit tertentu.

Di Inggris memiliki pengaturan yang paling bebas, karena bisa diresepkan oleh dokter spesialis mana pun, tanpa terkecuali.

Dia mencontohkan kemoterapi untuk rasa mual dan muntah-muntah. Spasticity untuk multiple sclerosis serta epilepsi anak-anak.

"Banyak negara lain juga sebelumnya telah membuat cannabis medis ini tersedia dan ini menunjukkan tahun-tahun di mana legislasi itu disahkan di negara-negara tersebut," jelasnya.

"Jumlah pasien yang diestimasi sekarang memanfaatkan cannabis medis dan Anda bisa melihat Jerman, Italia, Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Israel, dan Australia," paparnya.

Baca Juga: Bingung Beli Minyak Curah Pakai PeduliLindungi? Begini Cara Mudahnya, Yuk Simak!

Jadi, cannabis medis ini sudah menjadi bagian dari praktik pengobatan di sejumlah negara dan sudah banyak pasien yang mendapatkan resep semacam itu.

Bahwa cannabis medis tersebut adalah aman, dengan dikumpulkannya banyak data dari berbagai negara-negara tadi.

Kegunaan lain cannabis medis yakni untuk obat bagi yang memiliki epilepsi, sulit diberi perawatan.

Juga untuk penyakit neuropati, yakni penyakit kronis yang sangat sulit untuk dirawat.

"Grafik ini menunjukkan manfaat komparatif dari berbagai obat-obatan atau perawatan untuk sakit neuropathic," tuturnya.

Baca Juga: Pria Diduga Lakukan Pelecehan Terhadap Anak di Bawah Umur Viral di Media Sosial Ternyata ODGJ

Treatment atau perawatan yang terbaik adalah dua balok sebelah kiri, yakni cannabis medis, kombinasi dari THC dan Canabidiol.

Alasannya adalah, karena manfaat THC dan CBD tersebut sangat kuat dan keamanannya, kemampuan menoleransinya sangat tinggi. ***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: DW

Tags

Terkini

Terpopuler