"Semenjak ibu saya harus cuci darah karena penyakit ginjal, saya jualan makan ringan ke beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya,"ujarnya.
Kalau ke RSUD dr Soekardjo dan Ciamis dan Puskesmas dari rumah naik ojeg, kalau sudah sampai Puskemas jalan kaki ke tempat lainnya.
"Dagangan makanan ringan tahu bulat ini saya ngambil dari orang lain,, bukan punya sendiri,” kata Susan.
Baca Juga: Jamaah Masjid Darul Abror Tasikmalaya Bersatu Meriahkan 1 Muharam 1445 H, Teladani Jejak Rasullullah
Pendapatan kotor tahu bulat yang dijual Aria sehari, hanya mendapat Rp 100 ribu. Itupun belum dikurangi ongkos ojeg dan angkot.
“Anak saya hanya jadi penjual saja, ngambil keuntuntungan seadanya dari hasil penjualan makanan ringan tersebut,"ujar, Susan
Susan menyebut, penghasilannya 100 ribu, itu pun kotor belum buat bayar ongkos ojeg dan angkot
"Sebetulnya Aria mulai berjualan sejak duduk di bangku kelas 4 SD. Aria biasa berjualan sepulang sekolah,"ujarnya.
Tapi waktu itu, Aria berpikir dokter di Puskesmas sampai jam 12 siang, kalau ngelanjutin sekolah, terus dagangnya pulang sekolah, takut tidak ada yang membelinya.
"Karena jualannya kan sepulang sekolah jam 1 siang. Jadi berpikir gak akan dapat uang karena yang berada di puskesmas sudah pada pulang,” kata Susan.