Tetapi gagal dalam Genosida sebelumnya seperti yang terjadi pada Tutsi di Rwanda, Muslim di Bosnia, Yazidi di Irak dan Rohingya di Myanmar.
"Sekali lagi, kita sedang melihat genosida terjadi di depan mata kita! Organisasi yang kita layani tapaknya tidak berdaya untuk menghentikannya," tulis dalam surat pengunduran dirinya.
Dirinya pernah menjabat sebagai Penasihat Senior HAM PBB di Palestina dan Afganistan. Serta pernah tinggal di Jalur Gaza, Palestina pada tahun 1990.
Oleh karena itu dirinya memahami betul bagaimana konsep Genosida tersebut disalahgunakan dalam narasi politik internasional.
"Sebagai pengacara hak asasi manusia dengan pengalaman lebih dari tiga dekade, saya memahami betul konsep genosida sering kali menjadi sasaran penyalahgunaan politik," paparnya.
"Tapi, pembantaian besar terhadap rakyat Palestina saat ini berakar pada ideologi kolonial pemukim etno-nasionalis," ungkapnya.
Baca Juga: Jokowi Marah! Perkembangan di Palestina Semakin Memburuk: Indonesia Mengutuk Israel
"Itu adalah kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang bahkan berlangsung beberapa dekade. Sepenuhnya didasarkan pada status mereka sebagai orang Arab," paparnya.
Dirinya juga marah terhadap Pemerintah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara Eropa Pro-Israel.Serta menudingnya telah terlibat sepenuhnya dalam Genosida Palestina.