AS VS Texas: Civil War di Negeri Paman Sam, Rusia Campur Tangan Tawarkan Kemerdekaan

- 1 Februari 2024, 08:08 WIB
Kawat Berduri yang dipasang di sepanjang perbatasan Negara Bagian Texas untuk menghindari masuknya imigran ilegal, khususnya dari Meksiko. Namun, tindakan tersebut membuat Pemerintah Federal AS marah.
Kawat Berduri yang dipasang di sepanjang perbatasan Negara Bagian Texas untuk menghindari masuknya imigran ilegal, khususnya dari Meksiko. Namun, tindakan tersebut membuat Pemerintah Federal AS marah. /

PRIANGANTIMURNEWS - Amerika Serikat (AS) dan Negara Bagian Texas tengah bersitegang satu sama lain dalam beberapa waktu terakhir.

Permasalahan dipicu oleh pemasangan kawat berduri yang dipasang di sepanjang perbatasan Texas, untuk menghindari masuknya lebih banyak imigran secara ilegal terutama dari Meksiko.

Sementara Joe Biden meminta Texas segera melepaskan semua kawat berduri karena telah mempersulit Polisi Federal dan Agen FBI dalam melakukan aktivitas keluar masuk menuju negara bagian itu.

Baca Juga: UMKM hingga Creator Diapresiasi, Shopee Super Awards 2023 Suguhkan 33 Kategori Penghargaan

Gubernur Texas, Greg Abbott menyampaikan bahwa ketika kawat berduri sudah dipasang pun imigran dari Meksiko masih banyak yang lolos dari pengawasan Texas.

Apalagi ketika mereka mencabut kawat berduri tersebut, malah justru akan memudahkan imigran gelap masuk seenaknya. itu adalah keputusan Abbott untuk melindungi Texas.

Tetapi Presiden AS Joe Biden melihat sikap protectif tersebut sebagai tindakan yang tidak patuh terhadap Pemerintah Federal.

Biden pun akhirnya melaporkan Greg Abbott ke Mahkamah Agung atas ketidak patuhannya terhadap Pemerintah Federal.

Baca Juga: Rumah Dinas Bupati Sidoharjo Digeledah KPK, Uang dan Dokumen Disita

Padahal, Texas sebelumnya telah meminta bantuan kepada pemerintah Federal terkait imigran gelap yang semakin hari semakin meningkat di wilayah tersebut.

Sayangnya permintaan Texas malah diabaikan oleh Joe Biden beserta komponen Pemerintahan Federalnya.

Hingga pada akhirnya Abbott dan komponen pemerintahannya sepakat melakukan inisiatif dengan memasang kawat berduri karena frustasi dengan sikap Pemerintah Federal yang tidak merespon bantuannya.

Hal tersebut akhirnya menyebabkan ketegangan antara Texas dan pemerintahan federal, karena cara pandang yang berbeda antara kedua pemerintahan terkait imigran gelap.

Baca Juga: Bank Kulit Manusia: Kegilaan Israel Curi Jasad Palestina Beserta Organnya

Abbott juga mengkritik Biden karena terlalu fokus pada urusan luar negeri yang bahkan telah menghabiskan dana yang sangat besar dan habis-habisan.

Seperti konflik di Ukraina dengan Rusia dan Genosida Israel terhadap Palestina, padahal masalah di dalam negerinya sendiri tengah kacau.

Texas hingga saat ini tetap pada keputusannya untuk menjaga batas wilayah mereka, dengan memasang kawat berduri.

Mereka sama sekali tidak peduli tindakan apa yang akan diputuskan oleh Mahkamah Agung dan Pemerintah Federal AS. Demi prioritas kepentingan negara bagian tersebut.

Baca Juga: Keputusan ICJ: Perintah Israel Cegah Genosida di Gaza, Tapi Gagal Tetapkan Gencatan Senjata

RUSIA TAWARKAN BANTUAN KEMERDEKAAN

Ditengah perseteruan antara Presiden AS Joe Biden dan Gubernur Texas Greg Abbott, Rusia tiba-tiba menghembuskan angin kemerdekaan untuk Texas.

Dalam salah satu postingan media sosialnya. Pemimpin Dewan Legislatif Rusia, Sergey Mironov menawarkan Texas untuk mendapatkan bantuan kemerdekaannya dari AS.

Postingan tersebut diunggah pada Minggu, 28 Januari 2024 ketika Greg Abbott dan Departemen Kehakiman (DOJ) AS tengah bertempur sengit di Pengadilan Amerika.

Baca Juga: Mahkamah Internasional Segera Putuskan Kasus Genosida Israel: Menlu Retno Pilih Walk Out

"Dalam konflik antara Texas dan Amerika Serikat, saya berada di pihak negara bagian. Setidaknya Texas tidak campur tangan dalam urusan negara lain," komentar.

"Jika diperlukan, kami siap membantu dengan referendum kemerdekaan. Dan tentu saja, kami akan mengakui Republik Rakyat Texas jika ada. Semoga berhasil! Kami bersama Anda!" tambahnya.

Komentar itu langsung dikritik oleh Departemen Luar Negeri AS dalam Newsweek satu hari setelahnya.

"Kremlin sedang berusaha dengan cara yang paling jelas untuk merancang narasi palsu yang akan menanamkan perpecahan di negara kami," papar Deplu AS

"Kami berharap orang-orang melihat narasi ini apa adanya. Sampah standar Kremlin," Ejeknya.***

 

Editor: Rahmawati Huda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah