Hati-hati Jika Merasakan Sesak Nafas! Jangan Sampai Terpapar PPOK, Simak Penjelasannya

15 November 2023, 13:37 WIB
Ilustrasi seseorang alami sesak nafas. /ANTARA/

PRIANGANTIMURNEWS - Profesor dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, menyoroti perbedaan antara sesak nafas dan asma pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan asma konvensional.

Intinya, Yoga mejelaskan pada Rabu 15 November 2023, bahwa sesak napas pada asma akan hilang sepenuhnya di luar serangan, sedangkan pada PPOK, gejala ini tetap persisten.

PPOK, yang disatukan oleh perlambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya dapat berkandung, bersifat progresif dan terkait dengan respon inflamasi yang tidak normal terhadap partikel atau gas iritan.

Baca Juga: Ngeri! Abu Vulkanik Gunung Semeru Guyur Lumajang, Warga Sesak Nafas

Gejala PPOK dikatakannya, meliputi tidak hanya sesak nafas, tetapi juga batuk berdahak selama 2 minggu, perburukan sesak napas, mengi, dan peningkatan batuk dengan peningkatan dahak.

Selain gejala paru-paru, PPOK juga menunjukkan tanda-tanda non-spesifik seperti lesu, lemas, kesulitan tidur, kelelahan, dan depresi.

Yoga menggarisbawahi, bahwa polusi udara dapat mengganggu kondisi PPOK dan menyebabkan eksaserbasi lebih sering dan lebih berat.

Baca Juga: Berikut Vitamin dan Mineral Yang Baik Untuk Kesehatan Paru - Paru, Menurut Dokter Saddam Ismail

Lebih lanjut, pasien PPOK yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang lebih parah, karena PPOK merupakan salah satu komorbiditas yang memperberat situasi COVID-19.

Seiring dengan Peringatan PPOK Sedunia, Profesor Tjandra memperingatkan masyarakat tentang status PPOK sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia dan sebagai permasalahan kesehatan paru-paru yang krusial.

Dalam tema Bernafas adalah Kehidupan - Bertindak Lebih Awal, dia menekankan pentingnya pencegahan PPOK.

Baca Juga: Verawaty Fajrin Menderita Kanker Paru-Paru, Kenali Gejalanya

Profesor itu juga menekankan bahwa merokok adalah faktor utama yang terkait dengan kejadian dan perburuan PPOK.

Oleh karena itu, dia mendorong masyarakat untuk memanfaatkan Hari PPOK Sedunia pada tanggal 15 November untuk berhenti merokok.

Sementara merokok menjadi faktor utama, ada juga faktor risiko lainnya untuk PPOK, seperti riwayat keluarga, infeksi paru-paru dan saluran napas pada masa kecil, kekurangan enzim alfa 1 antitripsin, dan berbagai jenis polusi udara kronis.

Baca Juga: 6 Bahan Makanan Pembersih Paru-Paru Alami bagi kalian Pengidap Asma, Sesak Nafas, Perokok Berat

Kemudian Yoga menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler