Indonesia dalam Pembicaraan dengan WHO untuk Menjadi Pusat Vaksin Global

16 September 2021, 20:47 WIB
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia ingin membangun keahlian dalam vaksin mRNA. /Reuters/

PRIANGANTIMURNEWS- Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta enam perusahaan obat untuk menjadi pusat global untuk pembuatan vaksin, kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Kamis, 16 September 2021.

Merinci strategi ambisius untuk pertama kalinya, Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Indonesia akan memulai inisiatif dengan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang berbagi teknologi dan mendirikan fasilitas di Indonesia.

"Kami bekerja sama dengan WHO untuk menjadi salah satu pusat manufaktur global untuk mRNA," katanya, seraya menambahkan bahwa dia telah secara langsung melobi direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam perjalanan awal bulan ini (September) ke Eropa.

Baca Juga: Starting Lineup Barcelona Dalam 15 Tahun Terakhir Selama Liga Champions

"WHO menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama, dan saya katakan secara logis Indonesia harus menjadi yang kedua," kata Budi.

"Pusat transfer teknologi" baru adalah bagian dari strategi WHO untuk mendistribusikan produksi vaksin secara lebih luas secara global dan membangun kapasitas di negara-negara berkembang untuk membuat vaksin generasi baru seperti jabs mRNA berbasis asam nukleat Moderna dan Pfizer yang dapat dengan cepat diadaptasi untuk menangani virus baru varian.

Upaya untuk mengembangkan basis produksi vaksin Covid-19 di Afrika Selatan akan fokus pada upaya untuk meniru upaya Moderna, tetapi kurangnya kemajuan dalam pembicaraan dengan perusahaan AS berarti proyek tersebut akan memakan waktu, kata seorang pejabat senior WHO.

Budi mengatakan Indonesia ingin membangun keahlian dalam vaksin mRNA, serta suntikan vektor virus seperti yang diproduksi oleh AstraZeneca.

Baca Juga: Tahap 63, Indonesia Datangkan 1,6 Juta Dosis Vaksin Pfizer

Seorang juru bicara WHO mengatakan Indonesia adalah salah satu dari 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah pusat vaksin, tetapi menolak untuk mengatakan apakah itu adalah kandidat utama.

Budi mengatakan Indonesia berada di posisi yang tepat untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia, terutama karena negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan dapat menjamin bahwa vaksinnya halal, atau diizinkan menurut Islam.

Indonesia telah bergulat dengan salah satu wabah Covid-19 yang paling parah di Asia dan telah mencatat lebih dari 4,1 juta infeksi dan 139.000 kematian, meskipun para ahli kesehatan masyarakat mengatakan angka sebenarnya kemungkinan beberapa kali lebih tinggi.

Tingkat infeksi dan kematian di Indonesia telah menurun tajam dalam beberapa pekan terakhir tetapi, dengan hanya 25 persen dari target populasi 208 juta orang yang diinokulasi penuh terhadap Covid-19, Indonesia masih memiliki upaya vaksinasi besar-besaran di masa depan, terutama karena kemungkinan harus memberikan tembakan booster ketiga.

Baca Juga: Kesembuhan COVID-19 Terus Bertambah Mencapai 3.968.152 Orang

Budi mengatakan perusahaan farmasi Indonesia sedang berdiskusi dengan produsen dan pengembang vaksin Anhui, Walvax, Sinovac, Genexine, Arcturus Therapeutics dan Novavax. Pembicaraan berkisar dari "isi dan selesaikan" dasar hingga produksi hulu dan penelitian dan pengembangan, tambahnya.

“Kami membuka peluang yang sama juga kepada AstraZeneca. Kami juga terbuka untuk rekanan yang sudah ada Pfizer,” ujarnya. "Kami terbuka untuk siapa saja."

Bapak Bambang Heriyanto, sekretaris perusahaan Bio Farma, perusahaan obat milik negara terbesar di Indonesia, membenarkan bahwa pembicaraan sedang berlangsung dan langkah pertama adalah untuk berkolaborasi dalam transfer teknologi. Dibutuhkan dua atau tiga tahun untuk membangun fasilitas produksi yang beroperasi penuh, katanya.

Baca Juga: BEM FISIP Unigal Ciamis Rilis Simbol Terbaru 'Cakra Rahayu Kencana', Ini Filosofinya

Budi mengatakan Indonesia akan menggunakan kepemimpinan negara-negara kelompok G-20 mulai Desember untuk mempromosikan keamanan kesehatan global dan mempersiapkan pandemi berikutnya setelah virus corona, juga dikenal sebagai Sars-CoV-2.

"Tidak ada yang bisa menjamin bahwa Sars-CoV-3 dan 4 tidak akan datang," katanya.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler