Ia mempertanyakan pihak yang memfasilitasi pelarian, penampungan, dan tujuan pelarian mereka.
"Apakah benar indikasi misalnya terlibat para sindikat human trafficking, mereka punya agen di Aceh atau di Indonesia, kemudian akan dibawa melalui Sumut dan masuk kembali ke Malaysia mencari kerja. Ini juga harus dilakukan proses penyelidikan lebih lanjut," kata Iskandar.
Baca Juga: Simple Plan Bakal Manggung di Indonesia tahun 2023, Simak Jadwal, Harga Tiket dan Tempatnya
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedang mencari informasi tentang pelayaran lebih dari 100 pengungsi Muslim Rohingya
Muhammad Rafki Syukri, Asosiasi Perlindungan di Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi, mengatakan bahwa PBB akan menyediakan penerjemah dan konseling bahasa Rohingya.
Hal ini untuk mengetahui apakah mereka termasuk dalam kelompok 190 orang Rohingya yang dilaporkan oleh PBB hanyut dalam perahu kecil di Laut Andaman selama sebulan.
“Dengan konflik berkepanjangan dan situasi tidak aman di Myanmar, tidak menutup kemungkinan pergerakan pengungsi mencari tempat aman akan terus berkembang,” ujarnya seperti dikutip dari NPR.
Baca Juga: Spanyol Beri Dukungan Jordi Amat dan Timnas Indonesia Jelang Hadapi Thailand di Piala AFF 2022
Sebelumnya, Direktur Proyek Arakan Chris Lewa yang bekerja untuk mendukung Rohingya di Myanmar, mengkonfirmasi pada Selasa bahwa kapal yang mendarat pada hari Senin di pantai Ujong Pie, Aceh adalah dari kelompok 190 Rohingya.
Meski demikian, Syukri mengatakan UNHCR belum bisa memverifikasi informasi tersebut dan masih berkoordinasi dengan pihak terkait.Malaysia telah menjadi tujuan umum bagi banyak pengungsi Rohingya, tetapi mereka juga ditahan di negara tersebut.