Longsor Natuna Menjadi yang Terburuk dalam Sejarah Indonesia, 54 Orang Dinyatakan Meninggal

- 14 Maret 2023, 09:31 WIB
Penampakan bencana tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau yang terjadi pada Selasa 7 Maret 2023.
Penampakan bencana tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau yang terjadi pada Selasa 7 Maret 2023. /Antara/

PRIANGANTIMURNEWS - Longsor Natuna menjadi bencana tanah longsor terburuk yang tercatat dalam sejarah Indonesia.

Bagaimana tidak, longsor tersebut telah menimbun hampir satu kampung di wilayah Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Tanah longsor yang terjadi pada Senin, 6 Maret 2023 pukul 11:00 WIB tersebut hingga saat ini telah memakan korban jiwa mencapai 54 orang.

Baca Juga: Polisi dari Polres Banda Aceh Musnahkan 190 Ribu Batang Pohon Ganja

Laporan data tersebut disampaikan oleh Abdul Muhari, Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dirinya menyampaikan bahwa bencana Longsor Natuna adalah yang paling mematikan dan yang terburuk sepanjang sejarah Indonesia, dilihat dari jumlah korban jiwa.

Dilaporkan dalam Disaster Briefing daring dari Ibukota Negara, Jakarta pada Senin, 13 Maret 2023.

Setidaknya 46 korban jiwa teridentifikasi yang sebelumnya dilaporkan dalam proses pencarian, sedangkan delapan korban lain hilang.

Baca Juga: Gunung Merapi Terus Keluarkan Awan Panas Guguran, BPPTKG Yogyakarta Catat 60 kali per 13 Maret

"Kalau 54 orang ini memang asumsinya sudah meninggal semua ya, karena sudah lewat 24 jam," ungkap Abdul dilansir priangantimurnews.com dari Antara Selas 14 Maret 2023.

"Ini adalah salah satu, mungkin hingga saat ini, bencana longsor terburuk yang pernah terjadi dalam sisi korban jiwa dalam satu kejadian," lanjutnya.

Dirinya mengungkapkan bahwa bencana yang umum di Kepulauan Natuna umumnya adalah kebakaran hutan dan lahan.

Tapi, tanah longsor yang merupakan bencana Hidrometeorologi malah menjadi bencana terburuk sepanjang sejarah dan cukup dominan saat ini di wilayah tersebut.

Potensi hujan sebelumnya memang dilaporkan sangat intens terjadi di wilayah Pulau Sumatera termasuk Kepulauan Natuna.

Bahkan tercatat dalam kurun waktu tanggal 1 sampai 2 Maret 2023, curah hujan sudah capai angka 1.000 milimeter.

Baca Juga: Miris! Polisi Temukan 43 Hektare Ladang Ganja di Aceh

Abdu mengungkap bahwa peristiwa tersebut adalah kondisi curah hujan tinggi yang sangat luar biasa.

"Ini sangat luar biasa sebenarnya, sama seperti hujan empat bulan, tumpah dalam satu hari," ujarnya.

"Dipengaruhi oleh adanya pola sirkulasi siklonik yang disebut Borneo Vortex," sambungnya.

"Terjadinya seperti sirkulasi untiran, membawa akumulatif uap air dan awan hujan yang sangat tebal," lanjutnya.

Baca Juga: Menusuk Seorang Pemuda hingga Tewas, Tiga Orang di Palembang Ditangkap Polisi, Ini Ancaman Hukumanya

Fenomena itu pula yang telah menyebabkan hujan ekstrem terjadi sejak tanggal 26 Februari 2023 hingga saat ini di beberapa daerah.

Hal yang mengejutkan Abdul adalah, khusus Pulau Serasan bukan merupakan lokasi yang memiliki potensi longsor tinggi.

Walaupun ada beberapa kondisi tanah yang cukup miring dan beberapa diantaranya sudah tidak memiliki pohon-pohon berakar tunggang dan vegetasinya cukup rapat.

Tapi, longsor tersebut terjadi karena faktor tanah Pulau Serasan adalah tanah lempung (tanah liat).

Sehingga, ketika hujan deras terjadi dan bahkan sampai berhari-hari intens tanah tidak mampu meresap air hujan kebagian paling dalam karena tekstur tanah liat.

"Kalau intensitas hujan yang turun sangat tinggi, air itu adanya di atas, ini kemudian akan menggelincirkan tanah," ucapnya.

Baca Juga: Keren! Siswa-siswi SMPN 3 Kota Tasikmalaya Diundang Ridwan Kamil ke Gedung Sate

"Itu ketika air sudah membuat tanah itu bersaturasi menjadi lumpur, karena tidak bisa masuk ke dalam," sambungnya.

Kedepannya kondisi tersebut dapat diatasi dan diantisipasi dengan pembangunan drainase pemukiman, termasuk gorong-gorong.

Sehingga air hujan yang datang tidak sepenuhnya merubah tekstur dari tanah liat tersebut, melainkan mengalir pada saluran drainase tersebut.***

 

 

 

Editor: Muh Romli


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x