Tsunami Vulkanik Gunung Anak Krakatau Tahun 2018 Tak Terprediksi, Apa Penyebabnya?

- 12 Juni 2023, 08:00 WIB
Kondisi Gunung Krakatau tahun 2018 (atas) sebelum Tsunami Vulkanik yang disebabkan keruntuhan tubuh gunung dan (bawah) Pasca Tsunami Vulkanik terjadi./itb.ac.id
Kondisi Gunung Krakatau tahun 2018 (atas) sebelum Tsunami Vulkanik yang disebabkan keruntuhan tubuh gunung dan (bawah) Pasca Tsunami Vulkanik terjadi./itb.ac.id /

PRIANGANTIMURNEWS - Gunung Anak Krakatau adalah salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, yang memiliki potensi bencana Tsunami Vulkanik yang sulit diprediksi.

Gunung yang terletak di Selat Sunda, antara Pulau Sumatera dan Jawa terbentuk setelah letusan Ultra Plinian Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883.

Selat Sunda adalah perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 1000 meter. Menyebabkan Tsunami Vulkanik terjadi sangat cepat dan mengerikan ketika letusan tahun 1883 terjadi.

Baca Juga: 56 Kali Meletus: Anak Krakatau Menempati Urutan Pertama Gunung Api Paling Aktif di Indonesia Tahun 2023

Pasca letusan dahsyat, pada tahun 28 Desember 1927, aktivitas vulkanik baru terdeteksi berada di pusat kaldera dengan kedalaman 188 meter.

Saat itulah Gunung Anak Krakatau lahir, didahului dengan erupsi jenis Surtseyan. Dimana Magma mengalami kontak langsung dengan air laut

Pertumbuhannya sangat cepat, hingga Februari 2023 tercatat Gunung Anak Krakatau sudah memiliki ketinggian 813 meter.

Gunung Api itu saat ini memiliki pola letusan tipe Continuous Strombolian. Dimana erupsi yang terjadi selalu memiliki pola waktu dan tenggang waktu yang hampir sama.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Anak Krakatau Semakin Meningkat, Luncurkan Abu Vulkanik 3 KM Tertinggi Sejak 2018

Itu adalah alasan dibalik permukaannya yang terus meningkat dengan cepat tiap tahun.

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: itb.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x