Lebih lanjut, frekuensi merokok tinggi pada laki-laki dapat berdampak pada anggota keluarga lainnya, terutama perempuan dengan riwayat keluarga kanker paru.
Dr Sita juga menyoroti terkait indikasi kanker paru yang harus diwaspadai, seperti sesak napas, batuk disertai darah, nyeri pada dada, dan gejala mirip stroke.
Pentingnya deteksi dini disampaikan oleh Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) ini, dengan mencatat bahwa pencegahan pada stadium dini dapat meningkatkan angka ketahanan hidup hingga 5 tahun.
Baca Juga: Memanas! Ridwan Kamil Vs Husein Ali: Loh Ko Postingan Saya Hilang, Berikut Klarifikasinya
Rokok, e-sigaret konvensional, dan shisha memiliki tingkat nikotin yang tinggi, bahkan hingga 30 kali lipat, meningkatkan risiko kanker paru.
Skrining melalui Low Dose CT Scan (LDCT) pada usia di atas 45 tahun, bagi perokok aktif atau pasif, mantan perokok, serta mereka yang terpapar bahan kimia, dianggap penting untuk mendeteksi stadium awal.
Sita menekankan, Deteksi dini atau skrining bisa mempercepat penemuan diagnosis stadium awal sebanyak 23%. Meski tanpa gejala, skrining perlu dilakukan sesuai kriteria, seperti usia, riwayat perokok, dan pekerjaan yang terpapar bahan kimia.
Dalam menghadapi situasi di Indonesia, Sita menegaskan perlunya pemeriksaan yang lebih intensif. Untuk laki-laki apalagi dengan mantan perokok, jika ada indikasi, maka lakukan diagnosis dini kalau ada nodul dan berasosiasi dengan tuberkulosis maka cek dahak TB.***