Padahal dalam regulasi FIFA sendiri pelanggaran tersebut tertulis dengan jelas bahwa dilarang menggunakan 'gas air mata' untuk mengerahkan massa di stadion.
Munculnya Koster dan Ganjar sebagai sosok pahlawan Palestina dadakan malah justru menutup isu yang tengah memanas terkait vonis ringan Tragedi Kanjuruhan.
Kedua Gubernur tersebut adalah veteran PDIP yang merupakan partai mayoritas penguasa pemerintah.
Baca Juga: Polisi Israel Kembali Serbu Masjid Al Aqsa, Warga: Jamaah Diserang 2 Malam Berturut-turut
Sehingga munculah standar ganda yang tercium dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang sebenarnya 'telah gagal dalam menjamin keamanan sepakbola Indonesia'.
Tampaknya ada kekhawatiran terkait menurunnya citra pemerintah dan menjadi evaluasi buruk dari Tragedi Kanjuruhan tahun ini.
Apalagi, momen Pemilihan Umum (pemilu) Indonesia sudah semakin dekat dan manuver politik sudah mulai digerakan oleh partai-partai tahun ini.
Sepertinya, pemerintah dan partai terkait memandang penolakan Timnas Israel adalah momentum yang tempat untuk menutupi keburukan dan ketidakadilan Tragedi Kanjuruhan.
Disamping juga meningkatkan citra partai tertentu yang tiba-tiba menjadi pahlawan disaat kekacauan dan perdebatan sengit terjadi.