Soekarno sering terlibat percakapan intelektual dengan pastor G. Huytink, J. Bouman, dan Bruder Lambertus.
Persahabatan Soekarno dan pastor terjadi karena ia tahu bahwa pastor tidak setuju dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsanya sendiri.
Para pastor justru mendukung perjuangan Soekarno dalam mengusir penjajah pemerintahan Hindia Belanda. Pergaulan ini membuat Soekarno mulai berpikir membuat dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan pengabdian seperti yang dilakukan oleh pastor.
Selain berteman dengan pastor, Soekarno pun belajar agama Islam. Dalam mempelajari Islam, ia seolah memperoleh pertaubatan ya. Soekarno menemukan ketenangan jiwa dan batinnya di Ende dalam kesepian pembuangan.
Soekarno telah mempelajari Agama Islam dan membaca Al-Qur'an sejak di penjar Sukamiskin. Kemudian, selama di Ende, selain rajin membaca dan mempelajari buku-buku Islam, ia berkorespondensi dengan A. Hasan, seorang ulama Islam terkenal dan tokoh organisasi Persatuan Islam (Persis) Bandung.
Baca Juga: Ditemukan 7 Janin di Kotak Makan Dalam Kamar Kos Mahasiswi, Diduga Hasil Aborsi
Surat menyurat ini berlangsung sejak 1 Desember 1934 hingga 17 Oktober 1936.
Didalam surat-surat Soekarno dan Hasan,tertuang seluruh isi hati dan jiwa Soekarno tentang agama Islam dan umat Islam di Indonesia yang pada waktu itu diliputi kebekuan dan kekolotan.
Surat-surat tersebut tertanggal sebagaimana berikut, pertama 1 Desember 1934, kedua 25 Januari 1935, ketiga 26 Maret 1935, keempat 17 Juli 1935, kelima 15 September 1935, keenam 25 Oktober 1935.