PRIANGANTIMURNEWS - Sudah menjadi tradisi yang turun-temurun saat tibanya Hari Raya Idul Fitri, hampir di seluruh keluarga Muslim Indonesia selalu tersedia makanan ketupat.
Ketupat atau kupat adalah makanan yang berasal dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda atau janur.
Hidangan ini akan selalu tersaji di atas meja makan saat Hari Lebaran tiba. Ternyata hidangan ketupat ini bukan hanya hidangan biasa. Ada nilai filosofi dari makanan ini.
Dilansir priangantimurnews.pikiran-rakyat dari halaman diskominfo Kalimantan Timur, berikut beberapa filosofi dari makanan ketupat ini.
Asal mula makanan ketupat ini berawal dari penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sendiri merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Dalam dakwahnya, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman.
Dimana membaurkan pengaruh budaya Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya. Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan mempengaruhi.
Baca Juga: Idul Fitri, Momentum Kembalinya Jati Diri Manusia Sebagai Bangsa Beradab!