Sri Langka Gagal Bayar Utang, Setelah Tenggang 30 Hari

22 Mei 2022, 08:44 WIB
Sri Langka gagal bayar utang. /Instagram @warungjurnalis

PRIANGANTIMURNEWS- Setiap negara, setiap orang, setiap pengusaha, setiap pemilik modal semuanya tidak ada yang mau gagal, semua mau berhasil, terutama yang modalnya hanya mengandalkan pihak perbankan.

Bagi mereka keberhasilan adalah sebuah gebrakan yang dapat menghantarkan segala keinginan dapat terpenuhi. Sebaliknya kegagalan dalam perjuangan hal yang sangat ditakuti. Tak heran jika mereka tetap berusaha untuk berhasil.

Memang tidak selamanya keberuntungan itu memihak seperti halnya yang di alami Sri Lanka heboh gagal membayar utang untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Baca Juga: Lirik Lagu Cinta Terpendam Tri Suaka

"Gagal Bayar utang terjadi setelah masa tenggang 30 hari untuk pembayaran bunga utang US$ 78 juta berakhir, tapi belum terbayarkan.'dikutip priangantimurnews.pikiran-ralyat.com dari Instagram @warungjurnalis Minggu 22 Mei 2022.

Gubernur Bank Sri Lanka P Nandalal Weerasinghe mengatakan, negara tersebut sekarang dalam kondisi 'pre-emptive default'.

Gagal bayar terjadi ketika pemerintah tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh pembayaran utang mereka kepada kreditur.

Hal ini dapat merusak reputasi negara, membuat negara kesulitan untuk meminjam uang di pasar internasional dan merusak kepercayaan pada mata uang dan ekonominya.

Baca Juga: Pemain Seleksi Asal Filipina Batal Datang ke Bandung, Robert Alberts Katakan Penyebabnya

Saat ditanya apakah Sri Lanka dalam keadaan gagal bayar, Weerasinghe mengatakan, pihaknya tak akan mampu membayar utang sampai mereka dapat melakukan restrukturisasi.

Posisi kami sangat jelas, kami mengatakan bahwa sampai mereka datang ke restrukturisasi utang kami, kami tidak akan mampu membayar.

Menurutnya, bisa jadi ada definisi teknis dari sisi mereka bisa dianggap default. Posisi kami sangat jelas, sampai ada restrukturisasi utang, kami tidak bisa membayar.

Sri Lanka sedang berusaha untuk merestrukturisasi utangnya yang lebih dari US$ 50 miliar ke kreditur asing agar lebih mudah dikelola untuk membayar kembali.

Baca Juga: Manager Thailand, Madam Pang Buka Suara: Pemain Thailand Profokasi Timnas Indonesia U23

Ekonomi Sri Lanka mengalami pukulan yang keras karena pandemi, kenaikan harga energi dan pemotongan pajak.

Selain itu kurangnya pasokan mata uang asing dan inflasi yang tinggi telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Instagram @warungjurnalis

Tags

Terkini

Terpopuler