Pertemuan Negara Eropa dan Arab: Serukan Deskalasi Pasca Serangan Israel di Jalur Gaza

12 Mei 2023, 08:25 WIB
Serangan baru yang terjadi di Jalur Gaza, data dari Kementrian Kesehatan sekitar 30 orang Palestina meninggal pada 11 Mei 2023./Anadolu /


PRIANGANTIMURNEWS - Beberapa Menteri Luar Negeri Negara Eropa dan Arab melakukan pertemuan dan menyerukan deskalasi pasca serangan Israel di Jalur Gaza.

 

Negara-negara Eropa yang terlibat dalam pertemuan tersebut adalah Jerman dan Prancis. Sementara negara Arab yang terlibat diantaranya adalah Mesir dan Yordania.

Pertemuan tersebut dilakukan di Berlin, Jerman dan membahas terkait upaya-upaya mengakhiri kekerasan baru akhir-akhir ini.

Baca Juga: Korban Serangan Udara Israel di Palestina Terus Bertambah Menjadi, Liga Arab Adakan Pertemuan Darurat

Pasca seorang tahanan Palestina meninggal akibat mogok makan di penjara Israel.

Pertemuan tersebut dilakukan pada hari Kamis, 11 Mei 2023.

Dimana masing-masing dari mereka mengungkapkan pendapat dan pernyataan untuk mengakhiri peningkatan kekerasan dalam konflik Palestina-Israel.

 

Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock dalam konferensi pers bersama, menyampaikan keprihatinannya terhadap korban yang jatuh di Palestina.

Baca Juga: Suriah Kembali Diterima Liga Arab Setelah 12 Tahun Masa Penangguhan

"Dalam dua hari terakhir saja di Gaza, lebih dari selusin orang tewas, sungguh mengerikan melihat ada warga sipil di antara korban, anak-anak termasuk di antara mereka," ujar Annalena.

Annalena meminta Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional sambil menanggapi tembakan roket dari Gaza.

Tetapi juga menyampaikan hak Israel untuk membela diri atas serangan yang diluncurkan oleh faksi Palestina.

“Israel memiliki hak untuk membela rakyatnya dari serangan, dan pada saat yang sama, saya ingin mengatakan ini dengan sangat jelas," ujarnya.

"Karena setiap negara di dunia Israel memiliki kewajiban untuk melindungi penduduk sipil dengan kemampuan terbaiknya, dan tetap berpegang pada prinsip proporsionalitas,” sambungnya.

 

Maksudnya adalah hal tersebut ditunjukkan agar tentara Israel berhenti menyerang warga sipil, termasuk warga Palestina.

Baca Juga: Waduh! Arab Saudi Mulai Longgarkan Larangan Pembangunan Patung-Patung, Ada Apa ini?

Meski upayanya adalah melindungi serangan dari faksi Jihad Islam, namun bukan berarti Israel harus membunuh warga sipil bisa.

Mesir menjadi kunci dalam penghentian pertempuran antara Palestina-Israel, dalam solusi "Format Munich' yang merupakan konsultasi rutin Konflik Timur Tengah.

Menlu Prancis, Catherine Colonna menyerukan langkah untuk segera mengakhiri kekerasan dan mendesak kembali ke negosiasi perdamaian antara Israel dan Palestina.

“Kita semua tahu bahwa kekerasan hanya akan menghasilkan lebih banyak kekerasan. Kekerasan membunuh. Yang kami butuhkan adalah perspektif politik,” ujar Colinna.

 

“Kekerasan tidak akan berhenti kecuali kita memiliki solusi yang adil dan berkelanjutan untuk konflik Timur Tengah,” tambahnya.

Baca Juga: Israel Kembali Serang Palestina, Korban Jiwa Mencapai 21 Orang

Menlu Mesir Sameh Shoukry mengecam keras Israel karena meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Mereka telah melalui operasi militernya di wilayah pendudukan Palestina.

“Itu tidak hanya menimbulkan ancaman bagi keamanan internasional dan nasional tetapi juga menghancurkan harapan untuk hidup berdampingan secara damai di kawasan," ujar Shoukry.

"Itu membuat semua upaya kita batal dan mengarah pada lingkaran setan kekerasan,” lanjutnya.

Shoukry mengatakan komunitas internasional harus meningkatkan tekanan pada Israel untuk menghentikan tindakan sepihak dan agresi militernya yang mengancam solusi dua negara.

Menlu Yordania Ayman Safadi mengatakan semua negara harus meningkatkan upaya untuk mengakhiri gelombang kekerasan baru-baru ini.

Baca Juga: Bentrokan di Jalur Gaza Terjadi Lagi, Pasca Tahanan Palestina Meninggal akibat Mogok Makan 86 Hari

“Keamanan harus dijamin untuk kedua belah pihak dan oleh karena itu diperlukan upaya nyata yang nyata,” ujar Safadi.

 

Safadi memperingatkan bahwa karena operasi militer Israel, rakyat Palestina kehilangan harapan dalam proses perdamaian sejati.

“Kita perlu kembali ke situasi yang lebih tenang sebagai titik awal untuk mengembangkan perspektif politik, lanjutnya

"Meluncurkan proses politik yang akan membantu kita menuju solusi dua negara,” sambungnya.

“Perdamaian adalah hak setiap orang, keamanan adalah hak setiap orang. Keamanan Israel tidak dapat dijamin tanpa Palestina memiliki keamanan juga,” tambahnya.

Kini korban meninggal akibat serangan udara terbaru Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 30 orang, kata Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis.

Tentara Israel mengatakan serangan udara itu adalah bagian dari Operasi Perisai dan Panah, untuk mempertahankan dari serangan Faksi Palestina dan mengincar mereka.

 

Menurut angka Palestina, lebih dari 135 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel sejak awal tahun ini.

Sementara 19 orang Israel juga tewas dalam serangan terpisah selama periode yang sama.***

 

Editor: Muh Romli

Tags

Terkini

Terpopuler