Pertemuan Erdogan dengan Pemimpin Hamas: Jangan Teralihkan Ketegangan Iran VS Israel

22 April 2024, 06:52 WIB
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu 20, April 2024 di Istanbul./Anadolu /

PRIANGANTIMURNEWS - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Istanbul pada Sabtu, 20 April 2024.

Dalam pertemuan penting tersebut membahas kondisi Jalur Gaza, Palestina yang saat ini tengah dalam kondisi krisis.

Akibat semakin menipisnya kebutuhan pokok, dan genosida besar-besaran dengan berbagai cara oleh pasukan Israel.

Baca Juga: Hamas Respon Positif Proposal Gencatan Senjata dari Prancis, AS: Sedikit Berlebihan!

Turki sebelumnya telah berulang kali mengecam serangan Israel ke Gaza di tengah kegagalan upaya mereka menghentikan konflik sejak 7 Oktober 2023.

Ketegangan itu semakin meningkat ketika Gaza bersiap menghadapi serangan baru Israel di kota paling selatan Rafah.

Setelah insiden serangan Israel terhadap Iran yang terjadi pada Jumat, 19 April 2024.

Presiden Erdogan juga menyerukan agar Iran dan Israel sama-sama menahan diri untuk saling serang satu sama lain.

Baca Juga: 60.000 Wanita Hamil di Gaza Terancam Alami Gizi Buruk, AS akan Bangun Pelabuhan

Sebab hal tersebut telah memicu ketakutan akan perang regional yang lebih luas, yang juga akan mengalihkan pemberitaan seputar kondisi di Gaza perlahan-lahan.

Erdogan juga mengatakan kejadian baru-baru ini tidak boleh membiarkan Israel mendapat kekuatan tambahan dari Amerika Serikat (AS).

“Kejadian yang batu terjadi, tidak boleh dibiarkan mendapatkan kekuatan dan penting untuk bertindak dengan cara yang tetap memperhatikan Gaza,” papar Presiden Turki.

Baca Juga: Pompa Air Laut Israel Banjiri Terowongan Hamas: Pasokan Air Tawar Gaza Terancam

Dari Istanbul juga dilaporkan bahwa menjadikan krisis di Gaza dalam agenda internasional adalah prioritas utama Turki.

Oleh karena itu pemberitaan tentang Gaza dan isu seputar Gaza, harus menjadi fokus internasional yang tidak teralihkan.

“Ketegangan antara Iran dan Israel tidak boleh menutupi apa yang terjadi di Gaza,” tambah Erdogan.

“Itulah sebabnya pihak Turki akan melanjutkan upaya diplomatiknya untuk menjaga masalah ini tetap hidup di mata komunitas internasional,” tegasnya.

 Baca Juga: Prabowo Disindir Telak, Usai Sebut Sejarah Manusia dan Militer di Gaza Lemah!

Presiden Erdogan juga menyampaikan bahwa Palestina bisa memenangkan pertempuran atas Israel selama semua komponen di negara itu bersatu mengusir penjajah.

“Sangat penting bagi warga Palestina untuk bertindak dengan kesatuan dalam proses ini," ujarnya.

"Respon terkuat terhadap Israel dan jalan menuju kemenangan terletak pada persatuan dan integritas,” ungkap Erdogan di İstana Dolmabahce, Istanbul.

Turki dan Hamas memang memiliki hubungan erat, dan mereka memiliki kantor di negara tersebut sejak tahun 2011.

Baca Juga: Israel Paksa Tahanan Gaza Pakai Rompi Peledak, Parlemen Prancis Menuntut Sanksi

Presiden Erdogan memelihara hubungan dengan Haniyeh, pemimpin politik kelompok tersebut yang juga sering berkunjung ke Turki.

PEMAPARAN ISMAIL HANIYEH

Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu, Ismail Haniyeh mengecam AS karena menghalangi pengakuan negara Palestina di pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menuduh Washington memberikan Hak Veto sebagai kedok perlindungan politik atas kekejaman Israel di Gaza, yang juga di kritisi negara-negara lain.

Baca Juga: Kemarahan Sandera: Israel Korbankan Warganya dan Tetap Lakukan Genosida di Palestina

“Posisi AS menipu, meski dikatakan tidak ingin warga sipil dirugikan, ini upaya manipulasi." tegas Haniyeh.

"Semua warga sipil yang terbunuh di Gaza, ribuan, puluhan ribu syuhada, dibunuh dengan senjata AS, dengan roket AS, di bawah perlindungan politik AS," tambahnya.

"Apa maksud dari hak veto AS terhadap resolusi gencatan senjata di DK PBB?" tanyanya.

"Itu artinya AS memberikan perlindungan dan payung penuh terhadap berlanjutnya pembantaian dan pembunuhan di Gaza,” kecamnya.

Baca Juga: Rekaman Mantan Tawanan Gaza: Kami Takut Bukan oleh Hamas, Tapi Israel akan Membunuh Kita

Veto AS terhadap keanggotaan penuh negara Palestina di PBB menunjukkan bahwa Washington menganut posisi Israel, dan menentang hak-hak rakyat Palestina.

Berikut adalah pemaparan Ismail Haniyeh selama wawancara eksklusif dengan kantor berita Anadolu:

1. Operasi Rafah bisa mengakibatkan pembantaian

2. Negosiasi dengan Israel

“Kami menyetujui perundingan, namun dengan syarat serangan terhadap rakyat Palestina dihentikan,” papar Haniyeh.

3. Pemerintahan Gaza setelah perang

“Hamas tidak bersikeras untuk menjadi satu-satunya otoritas yang mengatur Gaza," ungkapnya

Baca Juga: Israel Perluas Serangan Darat ke Gaza Selatan, Hamas: Mereka akan Menjebak dan Membantai!

"Tetapi kami adalah bagian dari rakyat Palestina dan dapat membentuk pemerintahan persatuan nasional berdasarkan kemitraan dan menyetujui pemerintahan Palestina. Gaza,” tambahnya.

4. Sikap Israel yang tidak kenal kompromi

Haniyeh mencatat bahwa meskipun Hamas menunjukkan fleksibilitas dalam negosiasi.

Tapi Israel mengambil sikap tanpa kompromi, dan menghubungkan kegagalan dan gangguan negosiasi dengan sikap tanpa kompromi ini.

5. Kejahatan yang dilakukan Israel di Gaza

Haniyeh mengatakan bahwa Israel adalah  yang pertama kali membombardir Gaza dari udara dan kemudian masuk melalui darat.

Baca Juga: TNI Siap Kerahkan Bantu Korban di Palestina Jalur Gaza

Mengadopsi strategi berdasarkan pembunuhan, dan menghancurkan rumah sakit, sekolah, infrastruktur, toko roti, apotek, dan pabrik serta menerapkan blokade militer dan kemanusiaan.

6. Refleksi perang Gaza di front lain

“Kemampuan perlawanan Palestina dalam menghadapi kondisi lapangan dan perkembangan keamanan sangat tinggi," ujarnya.

"Perlawanan ini terbukti menjadi kemauan rakyat kita yang kuat dan pantang menyerah,” tegas Haniyeh.

7. Netanyahu tidak ingin mengakhiri perang di Gaza.

Baca Juga: Tawaran Damai untuk Mengakhiri Konflik di Gaza, Berikut Pernyataan Pimpinan Hamas!

8. Zionis memiliki ambisi besar atas kehancuran Masjid Al-Aqsa.

9.  Israel kali ini tidak boleh luput dari hukuman, atas kekejaman yang bahkan melebih Rezim Nazi.

10. Terjadinya pemadaman media massa

Israel melakukan penutupan media secara signifikan dan melarang anggota pers asing memasuki wilayah tersebut.

Untuk mencegah kejahatan dan kekejaman yang dilakukan di Gaza terekam. Agar tidak menjadi perhatian dunia.

11. Pembunuhan anak-anak Haniyeh

Baca Juga: Serangan Udara Israel ke Jalur Gaza Tewaskan 12 Staf PBB

Haniyeh juga menyebutkan serangan yang menewaskan putra dan cucunya, dan menyatakan bahwa hal itu mencerminkan tiga poin:

"Pertama, kegagalan musuh mencapai target militer selama tujuh bulan, kecuali membunuh warga sipil, ribuan anak-anak, wanita, dan orang tua," paparnya.

"Oleh karena itu, pembantaian yang dilakukan pada hari raya (Idul Fitri) yang menewaskan tiga putra saya dan lima cucu saya juga termasuk dalam konteks ini dan menyoroti kegagalan musuh," akhirinya***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler