Penyandang Disabilitas Tuna Rungu pun Mahir Baca Puisi

4 Desember 2020, 08:07 WIB
Seorang disabilitas tuna rungu sedang membacakan puisi. /Pikiran rakyat/Tati/

PRIANGAN TIMUR NEWS - Sekilas tak ada yang tahu bahwa dia seorang disabilitas tuna rungu.

Dengan ekpersif, lincah dan penuh percaya diri, gadis membaca puisi layaknya seorang gadis normal.

Dialah Siti Fatimah kelas 12 SMA asal Kelurahan Cigasong, yang membacakan puisi dengan judul “Tanda Tanya” dan “Doa Ku” pada lomba baca puisi memperingati Hari Disabilitas Internasional di SLB YPLB Kabupaten Majalengka, Kamis 3 Desember 2020.

Baca Juga: 33 Guru MAN 22 Jakarta Terpapar Covid-19, Usai Pulang dari Yogyakarta


Dia mengaku berlatih selama seminggu untuk mengikuti lomba baca puisi tersebut. Tanpa diajari keluarganya, namun dia belajar secara autodidak.

Melihat dari beberapa youtube serta melihat pertunjukan baca puisi.  Agar bisa paham makna dan isinya dia beusaha mengkaji isi puisi tersebut sendirian.

“Saya belajar sendiri,” kata Siti Fatimah yang ucapannya diperjelas Kepala Sekolah SLB YPLM Sri Aminah.

Seperti dikutip priangan timur dari Pikiran Rakyat Sri Aminah mengatakan, ada lebih dari 30 orang peserta yang mengikuti lomba baca puisi, mereka semua mengikuti lomba setelah mengetahui dari dari mulut, karena pihak panitia tidak menyebarkan undangan ataupun selebaran dan spanduk.

Baca Juga: 22 Pegawai RSUD Ciamis Terpapar Covid-19

“Ini untuk membangitkan rasa percaya diri mereka yang mengalami tuna rungu dna tuna wicara. Agar mereka terus berlatih bicara hingga kedepan tidak terus menerus bicara dengan gerakan, tapi  erlatih membuka mulut karena dengan terus berlatih mereka pasti bisa bicara walaupun mungkin tidak norbal betul,” ungkap Sri Aminah.

Menurutnya ada beberapa puisi yang wajib dibacakan mereka, yaitu puisi wajib dan pilihan. Mereka juga bisa membawa puisi hasil karyanya untuk dibacakan di hadapan dewan juri yang berasal dari MGMP dan Kepala Sekolah.

Untuk puisi wajib berjudul “Doa ku” dan untuk puisi pilihan “Tanda Tanya” serta Sang Guru Qolbu”.

Baca Juga: Gempa Bumi Tektonik M 5,3 Menggoncang Kendari

Tanpa diduga menurut Sri Aminah ternyata pesertanya dari berbagai usia, anak anak usia SMA, alumni SLB ada juga yang sudah berumah tangga dan bahkan hampir lanjut usia. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Majalengka.

“Kami sengaja dibuka untuk semua usia karena festival puisi itu sengaja digelar untuk memberi kesempatan kepada disabilitas untuk menunjukan kemampuannya. Dengan tidak bisa bicaranya, mereka di hari disabilitas ini harus menunjukan kepada dunia bahwa mampu untuk berpuisi," ungkap Sri yang sangat telaten mengajak anak didiknya untuk terus bicara.

"Suatu upaya pada hari disabilitas internasional ini mereka juga bisa membacakan puisi, dengan bahasa isyarat, suara dan ujaran," katanya.***

 

 

Editor: Ahmad Ramadan

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler