Peringatan Nuzulul Qur'an, Sebagai Semangat Kesadaran Manusia dalam Sejarah Beriman

27 Maret 2024, 22:19 WIB
Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Pangandaran, H. Nana Supriatna, MA/Humas Kemenag Kabupaten Pangandaran /

PRIANGANTIMURNEWS - Nuzulul Qur'an adalah salah satu peristiwa yang sangat penting bagi kaum muslim.  Nuzulul Qur'an adalah peristiwa awal turunnya Al Qur'an dari 'Lauh Mahfuz ke Langit Dunia' kepada Baginda Rasulullah SAW dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Peringatan Nuzulul Qur'an ini biasanya dilakukan setiap malam ke 17 pada Bulan Ramadhan. Umat Islam dalam memperingati Nuzulul Qur'an dengan cara melakukan berbagai amalan ibadah seperti tadarus, itikaf di masjid dan amalan-amalan lainya.

Turunnya Al Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW ada beberapa peran penting yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Pangandaran Ustadz H. Nana Supriatna, MA. kepada priangantimurnews.pikiran-rakyat.com pada Rabu, 27 Maret 2024 melalui pesan elektronik.

Baca Juga: Peringati Nuzulul Qur'an 1444 H, DKM Rahmatullah Perum BRP Kota Tasikmalaya Hadirkan Kwartet Qori Terbaiknya

"Ada beberapa peran penting yang terlibat dalam turunnya Al Qur'an ini," ujar H. Nana Supriatna memulai bahasannya.

"Peran penting tersebut yakni dari otoritas Tuhan atau Kalamullah, Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad sebagai penyampai ayat-ayat dan bahasa," kata Ustadz H. Nana Supriatna yang menyelesaikan S1 nya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta  Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin ini.

Sejarah Turunnya Al Qur'an kata Nana Supriatna adalah sebagai bagian dari perjalanan syariat Islam itu sendiri. Dari mulai bangunan syariat sederhana sampai kompleksnya syariat dalam agama Islam.

Baca Juga: Beberapa Keutamaan Malam Nuzulul Qur'an yang Wajib Diketahui

Pria yang menyelesaikan S2 nya Pada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Konsentrasi Pemikiran Hukum Islam ini menambahkan bahwa Islam di saat-saat awal turunnya disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sederhana sesuai zamannya.

"Persoalan di zaman manapun pasti ada. Hanya ragam Persoalannya kemungkinan sederhana pula. Dan ketika zaman sudah berkembang serta Islam sudah menyebar ke seluruh dunia, persoalan yang dihadapi akan lebih kompleks lagi," lanjut pria kelahiran Pamarican pada 15 Januari 1974 ini.

Masih kata Nana Supriatna, untuk penanganan masalah yang dihadapi tidak cukup dengan teks yang ada (Qur'an dan Sunnah). Tetapi harus dilakukan juga dengan cara pendekatan lain sesuai dengan kondisi umat yang sudah berkembang.

Baca Juga: 15 Link Download Twibbon Sambut Malam Nuzulul Quran, 17 Ramadhan 1443 H

Ketika kondisi Nabi telah wafat, para Sahabat sudah tiada serta para Tabi'in sudah mendahului, dari sanalah mulai muncul ragam tafsir agama yang berbeda-beda.

"Nah, dalam kondisi ini peran dari para pemegang otoritas sangat diperlukan. Mereka yang memiliki otoritas intelektual secara keilmuan harus saling lapang dada dan jiwa moderat," ucap Nana Supriatna yang juga merupakan Sekretaris FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Pangandaran ini.

"Kalau masing-masing pihak dalam menyikapi persoalan tidak saling menahan diri dan saling klaim kebenaran bahkan sampai mengkafirkan. Ini bahaya!," tegas Nana Supriatna. 

Baca Juga: 15 Link Download Twibbon Sambut Malam Nuzulul Quran, 17 Ramadhan 1443 H

"Walaupun adanya perbedaan adalah Rahmat," tambahnya.

Terkait dengan Moment Peringatan Nuzulul Qur'an, Nana Supriatna mengatakan bahwa peringatan Nuzulul Qur'an ini memiliki kedudukan yang penting pula bagi umat Muslim.

Peringatan Nuzulul Qur'an sejatinya bisa kembali menghidupkan kesadaran bathin manusia sebagai makhluk yang lemah.

"Manusia akan mati, mengalami gangguan kesehatan, mengalami kelemahan kesadaran, akan mengalami masa purna tugas (pensiun, purnawirawan) dan periodisasi," jelas Nana Supriatna.

Baca Juga: Apa dan Kapan Malam Nuzulul Qur'an? Berikut Amalan yang Disunnahkan di Malam Mulia ini

"Yang perlu menjadi bahan pemikiran bagi kita adalah bagaimana agar bisa menjadi manusia terhormat di dunia dan akhirat kelak. Di dunia menjadi manusia terhormat dan menjadi manusia seutuhnya,"

"Orang selalu memandang positif terhadap kita. Sementara di akhirat kelak, menjadi terhormat sebagai makhluk yang mendapat rahmat dan kasih sayang Allah atau Syurga-NYA," imbuh Ustadz Nana Supriatna.

Di akhir paparannya, Ustadz Nana Supriatna mempertegas lagi bahwa Peringatan Nuzulul Qur'an sejatinya wawasan terhadap Al Qur'an bisa lebih ditingkatkan lagi.

Baca Juga: Diperingati Malam 17 Ramadhan, 28 April 2021, Ini Enam Keutamaan Nuzulul Quran

"Di zaman yang semakin kompleks dan beragamnya tantangan kehidupan, manusia yang beriman tentu akan bertahan hidup secara konsisten walau banyak cobaan yang banyak menggoda. Wawasan terhadap Al Qur'an bagi umat Islam perlu ditingkatkan lagi," tegasnya.

"Kita jangan terjebak pada pandangan fiqh (benar/salah atau halal/haram) karena Kitab Suci bukan kalam fiqh. Tetapi wawasan, kesejarahan, theologis, sosial kemasyarakatan, muamalah, keluarga dan sosial politik harus menjadi bagian pandangan manusia dalam memahami Al Qur'an," ucap Nana Supriatna yang juga merupakan fungsionaris (Wakil Ketua PCNU Kabupaten Ciamis) ini.

"Ini menjadi tugas kita bersama agar Al Qur'an ditempatkan pada posisi sebagai sumber dari segala sumber kemanusiaan. Tentunya dengan semangat Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," pungkasnya.***

Editor: Sri Hastuti

Tags

Terkini

Terpopuler