Kisah Soekarno Menemukan Tuhan

26 Mei 2022, 09:19 WIB
Presiden Indonesia ke1, Soekarno. /

PRIANGANTIMURNEWS- Penjara ternyata tidak menjadi media belenggu bagi Soekarno. Penjara justru menempa mental dan kejiwaannya, juga memberikan kecerdasan emosional dan spiritual bagi Soekarno.

Di dalam penjara, Soekarno banyak merenung, berpikir dan mempelajari kehidupan.

Ketika Pemerintah kolonial Belanda memasukan Soekarno ke penjara Sukamiskin, Bandung, Soekarno banyak mengalami pengalaman batin dan spiritual.

Baca Juga: Mesut Ozil bukan Bali Jadi Tujuan Utama Destinasi, Tapi ini

Selama di penjara antara tahun 1939-1931, ia menjadi sosok yang cerdas secara pemikiran dan spiritual. Selama dalam tahanan, Belanda melarang Soekarno membaca buku politik.

Ia sangat kesulitan mendapatkan informasi dari teman seperjuangannya di luar tahanan. Dalam kekangan dan tekanan yang dahsyat dari Belanda, Soekarno memanfaatkan waktu untuk menekuni agama. Dari sanalah, jalan ketuhanan ditempuh oleh dirinya.

Di dalam penjara, Soekarno menjadi sosok yang spiritualitas, ia memasrahkan segala urusan kepada Tuhan.

Baca Juga: Judi Online di Indonesia Semakin Marak, Ini Datanya

Ia menjadi penganut Islam. Orang tuanya yang berlatar belakang Bali dan kejawen disinyalir tidak menularkan pendidikan agama yang baik buat Soekarno.

Kegelapan sel penjara telah membuat Soekarno khusyuk mempelajari Agama dan menuntun dirinya ke arah spiritualitas yang mendalam.

Soekarno pun mengaku bahwa selama di penjara, ia hampir setiap malam bermunajat kepada Allah dan tidak lupa shalat lima waktu.

Baca Juga: Sempat Cedera :Apakah Virgil van Dijk akan Bermain dalam laga Final Melawan Real Madrid?

"Aku mulai mencerna Al-Qur'an pada usia 28 tahun. Aku membacanya mulai dari saat aku bangun. Sekarang aku memahami Tuhan tidak terhingga, meliputi seluruh alam," kata Soekarno.

Dia melanjutkan, maha kuasa, maha ada, hanya satu tapi ada dimana-mana. Tuhan ada di angkasa, di atas puncak gunung, di bintang-bintang, di Venus, dan dalam cincin di Saturnus.

Di dalam penjara, Soekarno memang banyak berinteraksi dengan orang-orang dari belakang agama yang berbeda-beda.

Baca Juga: Jadwal Trans 7 Hari ini, Kamis 26 Mei 2022: Ada Jejak Anak Negeri

Tetapi ia menemukan ketenangan dan ketentraman dalam Islam dan membaca Al-Qur'an.

Di samping itu, interaksinya dengan orang dari beberapa agama selama di penjara telah menempanya menjadi sosok toleran.

Ini menjadi modal berharga ketika Soekarno keluar dari penjara dan menjadi pemimpin bangsa.

Baca Juga: Laga Uji Coba Persib Bandung Match 1 dan 2: Lawan Singapura Selection dan Batam Selection

Soekarno merangkul semua agama. Ia mencontohkan hidup bertoleransi antar-umat beragama.

Ia sangat akrab dengan para pemimpin Islam di Arab, namun pemimpin Katolik di Vatikan pun menghormatinya.

"Aku adalah seorang Islam yang hingga saat ini telah mendapatkan tiga medali tertinggi dari Vatikan. Bahkan Presiden Irlandia pun mengeluh dia hanya dapat satu," demikian ungkap Soekarno.

Baca Juga: Pengalaman Spiritual dan Misteri Mimpi Soekarno

Berikut ini petikan langsung ungkapan Soekarno tentang pengalaman spiritualnya selama di dalam penjara.

"Aku berkembang dalam penjara. Ketetapan hatiku semakin kuat. Penjara adalah ruang sekolahku. Sekali sebulan dari jam 8 sampai jauh tengah malam, 100 orang mendesak-desakan untuk mendengar pelajaran agama dan ini di susul dengan tanya jawab," ungkap Soekarno.

"Sungguh pun aku asyik mendengarkan, tapi belumlah aku menemukan Islam dengan betul-betul dan sungguh-sungguh sampai aku masuk penjara. Di dalam penjaralah, aku menjadi penganut yang sebenarnya," tegasnya.

Baca Juga: Kecelakaan Maut: Sopir Pajero Tabrak Driver Ojol Berpenumpang di Jakarta Selatan, 2 Tewas 3 Luka Berat

Tak pernah orang meragukan adanya yang Maha Kuasa kalau bertahun-tahun lamanya terkurung dalam dunia gelap.

Aku sungguh-sungguh mulai menelan Al-Qur'an di tahun 28. Lalu aku memahami Tuhan bukanlah suatu pribadi.

Aku menyatakan Tuhan tiada jingganya, meliputi seluruh jagat. Maha Kuasa Maha ada. Tidak hanya di sini atau di sana, akan tetapi di mana-mana.

Ia hanya satu. Ia berada di mana-mana, dihadapanku, dibelakang ku, memimpinku, menjagaku.

Baca Juga: Mitos Soekarno: Titisan Batara Wisnu yang Lahir untuk Menyelamatkan Bangsa Indonesia

Ketika kenyataan ini hinggap di dalam diriku, aku insaf bahwa aku tidak perlu takut-takut lagi, karena Tuhan tidak lebih jauh dari kesadaranku. Aku hanya perlu memanjat ke dalam hatiku untuk menemuinya.

Aku menyadari bahwa aku senantiasa dilindungi ya untuk mengerjakan sesuatu yang baik. Dan bahwa ia memimpin setiap langkahku menuju kemerdekaan.

Suatu malam, jauh di larut malam, sambil bersujud aku membisik kepadanya," Tuhan aku berdoa, setiap manusia dapat menjadi pemimpin asal saja dari keluarganya sendiri. Akan tetapi saya mengetahui Engkaulah gembala yang sesungguhnya," ucap Soekarno.

Baca Juga: Mitos Soekarno: Titisan Batara Wisnu yang Lahir untuk Menyelamatkan Bangsa Indonesia

"Saya insaf bahwa satu-satunya suara kemanusiaan adalah kata dari Tuhan. Mulai dari hari ini dan seterusnya, saya telah bersiap memikul tanggung jawab dari segala apa yang saya kerjakan, tidak saja terhadap bangsa Indonesia, tapi juga terhadap-Mu,"

Untunglah, setah aku menemukan Tuhan, jadilah ia kawan yang paling kusayangi dan kupercayai bilamana aku menderita pukulan yang hebat.***

Editor: Galih R

Sumber: Buku Dunia Batin 2 Macan Asia

Tags

Terkini

Terpopuler