SEJARAH, Sutan Sjahrir Berang Tak Dipercaya Soekarno Terkait Jepang Sudah Menyerah

4 Juni 2022, 19:50 WIB
Sjahrir dan Soekarno. /Sjahrir Peran Besar Bung Kecil

PRIANGANTIMURNEWS- Jalan Maluku 19, Menteng, Jakarta dua hari sebelum proklamasi. Soebandio Santrosatomo, kala itu 26 tahun bertamu ke rumah Sjahrir. Badio, begitu Soebandio biasa disapa, adalah pengikut Sjahrir yang setia.

Kelak keduanya bersama-sama mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Siang terik, Badio haus luar biasa.

Sjahrir menawari anak muda itu air minum, tapi Badio menolak. Itu hari di bulan Ramadan Badio sedang puasa.

Ada yang tidak biasa pada Sjahrir hari itu, rautnya sumpek. Sebelumnya, si bung baru saja bertamu dengan Sukarno, yang mengajaknya bermobil keliling Jakarta.

Baca Juga: UPDATE GBLA! Stadion GBLA Semakin Indah Setelah Digarap Oleh Ahli, Teddy Tjahjono: Berproses

Di jalan, Sukarno mengatakan tak secuil pun ada isyarat Jepang akan menyerah. Sukarno ingin membatah informasi yang di bawa Sjahrir sebelumnya bahwa Jepang telah takluk kepada sekutu.

Sjahrir mengatakan ini sebelum Sukarno-Hatta berangkat ke Dalam, Vietnam, untuk bertemu dengan Marsekal Terauchi, Panglima tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara.

Sjahrir berkesimpulan tak ada gunanya berunding dengan Jepang. Pada 6 Agustus 1945, Jepang toh telah luluh lantak oleh Bom atom Sekutu.

Baca Juga: Rayakan Tangkapnya Haryadi Suyuti Warga Aktivis Jogjakarta Gelar Cukur Gundul hingga Melempar Telur

Mengetahui Bung Karno tak mempercayainya, Sjahrir berang. Ia menantang Sukarno dengan mengatakan siap mengantar Bung Besar itu ke Kantor Kenpeitai, Polisi rahasia Jepang, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.

Untuk mengecek kebenaran informasi yang ia berikan. Sjahrir mengambil resiko, di kantor Intel itu ia bisa saja di tangkap.

Tapi Sukarno menolak. Ia yakin Jepang belum menyerah. Itulah yang membuat Sjahrir marah meski ia tak menyampaikan secara terbuka kepada Bung Karno.

Kepada Badio-lah murka itu dilampiaskan."Sjahrir mengumpat Sukarno, Man Wiif. Pengecut dan banci," kata Badio dalam Perjuangan Revolusi (1987).

Menurut Badio, itulah marah paling hebat Sjahrir sepanjang persahabatan mereka. Sukarno tahu Sjahrir sering memakinya. Dalam biografi karya Cindy Adams, Sukarno mengatakan Sjahrir menyalakan api para pemuda.

"Dia tertawa mengejekku diam-diam, tak pernah dihadapanku, Sukarno itu gila, kejepang-jepangan, Sukarno pengecut,"

Baca Juga: KASUS SUBANG TERBARU: Penyidik Telah Periksa Sejumlah Saksi Baru Pembunuhan Ibu dan Anak

Sehari sebelum Badio berkunjung, 14 Agustus 1945, Sjahrir dan Hatta menemui Sukarno di rumahnya di Pegangsaan timur 56 dan meminta Bung Karno segera mengumumkan proklamasi pada 15 Agustus setelah pukul lima sore.

Sjahrir segera mengintruksikan para pemuda mempercepat persiapan demonstrasi. Mahasiswa dan pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang, Domei, bergerak cepat menjalankan instruksi itu.

Tapi Sjahrir mencium gelagat Sukarno tak sepenuh hati menyiapkan proklamasi. Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia, badan yang bertugas menyiapkan kemerdekaan sesuai dengan permintaan Jepang, tak menunjukkan gelagat akan berhenti bekerja.

Panitia misalkan mengagendakan sidang pertama 19 Agustus 1945. Sukarno ketua dan Hatta wakil dalam panitia ini "ini akal-akalan Jepang," kata Sjahrir dalam Renungan dan Perjuangan.

Baca Juga: Pemerintah Anjurkan Produksi Obat dari Dalam Negeri

Sjahrir mengusulkan Proklamasi tak menunggu Jepang. Proklamasi kata Sjahrir, bentuk perlawanan terhadap Jepang. Inilah saatnya melancarkan aksi massa.

"Aku penuh semangat. Aku yakin saatnya telah tiba. Sekarang atau tidak sama sekali," kata Sjahrir.

Pukul lima sore 15 Agustus itu, ribuan pemuda berkumpul di pinggir kota. Mereka siap masuk Jakarta segera setelah proklamasi. Begitu proklamasi disiarkan. Pemuda akan langsung berdemonstrasi di stasiun Gambir.

Domei dan gedung Kenpeitai akan di rebut. Ternyata, pukul enam kurang beberapa menit, Sukarno mengabarkan belum akan mengumumkan proklamasi, Sukarno menundanya satu hari lagi.

Kabar ini membuat ribuan pemuda pengikut Sjahrir marah. Sjahrir menduga polisi rahasia Jepang tahu rencana proklamasi. Para pemuda mendesak proklamasi diumumkan tanpa Sukarno Hatta.

Baca Juga: Sebelum Memilih Persib Bandung Arsan Makarim Mengaku Sempat Diminati 3 Klub, Begini Tanggapannya!

Tapi Sjahrir tidak setuju. Ia khawatir konflik akan terjadi diantara bangsa ini. Tapi kabar bahwa proklamasi batal diumumkan tak sempat dikabarkan ke Cirebon.

Para pemuda di Cirebon di bawah pimpinan dokter Soedarsono, ayah Menteri Pertahanan Juwono Soedarsono hari itu juga mengumumkan Proklamasi versi mereka sendiri.

Mereka mengatakan tidak mungkin menyuruh pulang orang yang telah berkumpul tanpa penjelasan. Pada 15 Agustus tengah malam, Badio menemui Sjahrir. Badio mendesak Sjahrir membujuk Sukarno Hatta segera mengumumkan proklamasi.

Sejam kemudian, Badio menemui kembali Sjahrir. Tapi, dari Sjahrir, kabar tak enak itu didengar Badio, Dwitunggal menolak menyampaikan proklamasi meski Sjahrir telah mendesak.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil

Tags

Terkini

Terpopuler