Yasin Limpo : 'Smart Green House' Bisa Menjadi Strategis Peningkatan Pertanian di Indonesia

- 15 Desember 2020, 08:25 WIB
Yassin Limpo Kementerian Pertanian Pertanian bersama beberapa pejabat undangan yang hadir.
Yassin Limpo Kementerian Pertanian Pertanian bersama beberapa pejabat undangan yang hadir. /PRIANGANTIMURNEWS/AGUS/ANTARA
PRIANGANTIMURNEWS- Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian RI menyatakan, meningkatkan pembangunan pertanian di Indonesia merupakan kunci strategis yang dapat dikembangkan sebagai pertanian modern berdasarkan sains dan teknologi Smart Green House (SGH).
 
Dalam sambutannya Syahrul mengatakan, seluruh pembangunan pertanian tidak harus merusak alam lebih banyak lagi, tapi dengan pengembangan Sains dan teknologi, seperti pemanfaatan green house, dapat menyesuaikan kondisi alam," Dalam acara peluncuran dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Ediwisata Smart Green House. Bogor, Senin 14 Desember 2020.
 
 
Pada kesempatan yang sama, Syahrul Yasin Limpo bersama Kementan dan pejabat undangan yang hadir, meninjau langsung tanaman selada air dan kubis yang ditanam di Smart Green House dengan menggunakan teknologi colling pad pendingin ruangan peralatan seperti radiator mobil dan kipas angin.
 
Penandatanganan MoU dilakukan antara Kementrian Pertanian dengan PT PLN, serta turut hadir Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan ) Bogor.
 
Menurut Syahrul, Indonesia adalah negara besar baik secara geografis maupun jumlah penduduknya. "Jumlah penduduk Indonesia saat ini ada sekitar 273 juta jiwa, nomor empat terbanyak di dunia," katanya.
 
Sebagaimana dikutip Priangan Timur News dari Antara 'Kementan siapkan pertanian modern melalui "smart green house"'.
 
Sebagai negara besar, kata dia, Indonesia harus berusaha keras untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Salah satu solusinya adalah pembangunan pertanian modern berdasarkan sains dan teknologi.
 
Syahrul menjelaskan, Indonesia yang memiliki wilayah geografis luas dan lahan pertanian lebih besar dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara, tapi kenapa produksi beras di Thailand dan Vietnam bisa lebih murah dan bahkan mengekspor beras ke Indonesia. "Hal ini harus diatasi dan dicari solusoinya," katanya.
 
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Dirjen PSP Kementan), Sarwo Edhy, dalam sambutannya mengatakan, pertanian saat ini sudah masuk dalam era industri 4.0, yang penerapannya berbasis teknologi digital. "Pembangunan pertanian modern ini dengan membangun smart farming melalui teknik green house," katanya.
 
Sarwo Edhy menjelaskan, dalam konteks tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP bekerja sama dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan telah membangun proyek percontohan Smart Green House sebagai sarana teaching farm dan teaching factory.
 
"Harapannya ke depan dapat menjadi tren pola pertanian yang efisien dan dapat membantu meningkatkan produksi pertanian menuju pertanian maju, mandiri, modern," katanya.
 
Menurut Sarwo Edhy, dari kerja sama tersebut telah dibangun enam unit Smart Green House pada lahan seluas 7.800 m2. Masing-masing, bangunan Smart Green House ini berukuran 20x20m dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, sistem DFT (Deep Flow Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, serta sistem Dutch Bucket dengan memiliki 450 lubang tanam.
 
Bangunan Smart Green House ini juga dilengkapi dengan Exhause Fan, Evaporating Complete System, dan Panel kontrol untuk sensor suhu dan kelembaban.
 
"Fasilitas lain dalam proyek percontohan bangunan green house ini juga tersedia satu unit sumur tanah dalam, berikut dengan pompa airnya, jalan akses menuju lokasi, serta pemasangan instalasi listrik," katanya.***

Editor: Agus Kusnanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x