PRIANGANTIMURNEWS- Seorang pria berusia 25 tahun, Aye Nyein Thu, tengah berjuang memberikan bantuan medis darurat kepada massa yang menjadi korban saat protes anti kudeta terjadi di Myanmar.
Pria yang menyelesaikan sekolah kedokteran di pusat kota Mandalay tersebut harus berhadapan dengan situasi yang menegangkan saat memberikan bantuan, terutama ketika para anggota militer di negara tersebut melepaskan tembakan ke arah para demonstran.
“Sebagian besar [korban] mengalami luka di kepala karena polisi menggunakan tongkat untuk memukuli pengunjuk rasa. Beberapa orang juga ditembak,” kata Aye Nyein Thu, yang memperkirakan dia telah menanggapi 10 kasus darurat pada 1 Maret. "Kami menghadapi situasi yang paling mengerikan."
Baca Juga: PBNU Meresmikan Rumah Sakit Islam Nahdatul Ulama Demak
Sejak militer menangkap pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan lebih dari 40 pejabat terpilih dan mengumumkan keadaan darurat selama setahun, jutaan orang telah turun ke jalan di seluruh negeri tersebut, sementara sekitar tiga perempat pekerja pemerintah diperkirakan telah pergi dan melakukan pemogokan kerja sebagai bagian dari Gerakan Pembangkangan Sipil nasional.
Dengan demonstrasi yang menunjukkan sedikit tanda mereda, pihak berwenang semakin beralih ke kekerasan.
Mereka telah menembakkan peluru tajam dan peluru karet, mengerahkan meriam air dan menggunakan gas air mata serta granat kejut ke arah kerumunan.
Baca Juga: Remaja SMA Ditangkap Satreskrim Polres, Usai Membongkar Praktik Pungli
Menurut Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), yang merupakan sebuah kelompok pemantau menyebutkan bahwa tindakan keras sejauh ini telah menewaskan sekitar 30 orang dan melukai sedikitnya 200 lainnya. Sedikitnya 18 orang kehilangan nyawa pada 28 Februari, hari yang dijuluki "Minggu Berdarah" oleh para demonstran.
Editor: Agus Kusnadi
Sumber: Al Jazeera