Network
PRIANGANTIMURNEWS - David Ornstein dari The Athletic telah melaporkan bahwa Barcelona telah mengirimkan surat kepada De Jong dan mengklaim bahwa mereka telah menemukan bukti tindakan kriminal dari pihak-pihak yang menandatangani pembaruan kontrak pada 20 Oktober 2020.
Kontrak tersebut berkaitan dengan perpanjangan kontrak dua tahun hingga 2026, serta syarat pengurangan gaji selama musim 2020-21 dan 2021-22 untuk membantu meringankan masalah keuangan Barcelona, ada sisa pembayaran sebesar 18 juta Euro yang akan diselesaikan selama empat musim berikutnya.
Pembayaran yang ditangguhkan itulah yang menjadi biang masalah musim panas ini, De Jong dilaporkan menolak meninggalkan klub kecuali dia dibayar sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Di sisi lain, Barcelona berharap dapat melepas De Jong untuk mengurangi beban tagihan gaji pemain yang membengkak.
Baca Juga: Akhirnya! Kapolri Umumkan Ferdy Sambo Jadi Tersangka Pembunuhan Brigadir J
The Athletic mengklaim bahwa Barcelona mengirim surat tersebut pada 14 Juli, dan memberi tahu pemain gelandang itu bahwa "mereka berada dalam posisi untuk memulai proses pidana terkait penandatanganan kontrak tersebut dan menentukan di mana tanggung jawab atas dugaan ketidakberesan ini."
Dengan kata lain, klub ingin membatalkan kontraknya saat ini dan kembali pada kesepakatan kontrak pada tahun 2019.
Namun jajaran dewan sebelumnya yakin bahwa pembaruan kontrak De Jong sepenuhnya sah dan bersikeras bahwa kesepakatan itu telah mendapat persetujuan penuh oleh semua pihak yang terlibat, termasuk La Liga.
Kepala serikat pemain Belanda, Evgeniy Levchenko mengecam perlakuan Barcelona terhadap De Jong sebagai "sesuatu yang gila" - bahkan menduga bahwa klub ini melakukan "pemerasan" kepada pemain gelandang tersebut.
Baca Juga: Gerah! Tak Bisa Diam Lagi, Nathalie Holscher Sindir Keras Putri Delina!
Namun, Joan Laporta membantah klaim ini. Sedangkan serikat pemain global, FIFPRO ikut memantau kasus ini dengan seksama agar bisa memberikan penilaian yang berimbang.***
