Mahasiswa IPB dan Brawijaya Memenangi Kompetisi Tanoto Student Research Award

- 25 Februari 2021, 08:17 WIB
Tim mahasiswa dari IPB University menjelaskan alat pendeteksi kualitas minyak goreng portabel dalam acara Virtual Media Briefing Tanoto Student Research Award National Competition di Jakarta, Rabu 24 Februari 2021.
Tim mahasiswa dari IPB University menjelaskan alat pendeteksi kualitas minyak goreng portabel dalam acara Virtual Media Briefing Tanoto Student Research Award National Competition di Jakarta, Rabu 24 Februari 2021. / Muhammad Ashari/Pikiran Rakyat/

PRIANGANTIMUR NEWS - Mahasiswa dari IPB dan Universitas Brawijaya memenangi kompetisi Tanoto Student Research Award 2021.

Tim dari Mahasiswa IPB menang dalam kategori teknologi dengan inovasi mengenai alat pendeteksi kualitas minyak goreng portable. Sementara tim Universitas Brawijaya menang dengan inovasi mengenai bakteri kitinolitik.

Tim IPB University memenangi penghargaan setelah menciptakan alat Pendeteksi Kualitas Minyak Goreng Portable.

Baca Juga: Mau Jantung Tetap Sehat, Sempatkan Olahraga 75-150 Menit Per Minggu

Dikutip priangantimurnews dari Pikiran Rakyat, perwakilan tim dari IPB, Abdul Azim mengatakan, penelitian tentang pendeteksi kualitas minyak goreng muncul saat tengah melakukan sidang pengujian kualitas pangan di laboratorium.

Pengujian di laboratorium selalu memakan waktu yang lama, membutuhkan preparasi sampel dan keahlian khusus.

“Dengan teknologi uji kualitas pangan yang kami kembangkan, kami berharap ke depannya teknologi ini dapat lebih cepat dan mampu menghasilkan kualitas pangan terbaik,” katanya dalam acara Virtual Media Briefing Tanoto Student Research Award National Competition di Jakarta, Rabu 24 Februari 2021.

Baca Juga: Dinas Perwaskim Kota Tasikmalaya Tahun 2022, Fokus Penataan Kawasan Kumuh dan Perbaikan Rutilahu

Alat pendeteksi kualitas minyak goreng itu dinamakan Smart Portable Oils Spectrometer (Spoils).

Menurutnya, Spoils merupakan alat portable penentu kualitas minyak goreng berdasarkan kadar asam lemak bebas dengan menggunakan metode spektroskopi fluoresensi.

Menurutnya, Spoils memiliki durasi pengukuran selama 25 detik. Bila digunakan secara penuh bisa bertahan hingga 4,65 jam. Adapun bila berada dalam posisi standby akan bertahan selama 19,23 jam.

Baca Juga: 'Ddu-du Ddu-du' BLACKPINK Melampaui 1,5 Miliar Penayangan YouTube, Rekor Baru untuk Grup K-pop

Sementara untuk tim Universitas Brawijaya, mereka mengembangkan Kemampuan Multifungsi Konsorsium Bakteri Kitinolitik dalam Budidaya Tanaman Kedelai.

Perwakilan tim, Achmad Roekhan mengatakan, dengan Bakteri Kitinolitik diharapkan dapat memacu pertumbuhan pada tanaman kedelai dan menjaga kelestarian lingkungan.

Menurutnya, selama ini konsumsi kedelai tinggi di Indonesia. Namun sebagian besar pasokannya berasal dari impor. Salah satu penyebab budidaya kedelai kurang berkembang di Indonesia adalah karena kedelai rentan terkena serangan penyakit damping off atau dikenal juga dengan penyakit rebah semai.

Baca Juga: KPK Mengevaluasi Capaian MCP Tahun 2020, Provinsi Papua Barat Masih Terbilang Rendah

Penyakit ini telah menyebabkan kehilangan hasil sampai seratus persen dengan kerugian mencapai 85 persen. “Petani kerap mengendalikannya dengan pestisida. Tetapi penggunaan pestisida secara terus menerus dan berlebihan dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia,” katanya.

Pestisida dinilainya lebih banyak menimbulkan kerugian. Oleh sebab itu, pihaknya meneliti dan mengembangkan penggunaan bakteri kitinolitik.

Bakteri itu dianggapnya mampu mengendalikan penyakit penting tanaman kedelai. Kemudian efektivitas penghambatannya empat kali lebih efektif daripada fungisida.

Baca Juga: Video Seorang Pria Diteriaki Begal Viral di Sumedang Hanya Kesalahfahaman

Bakteri kitinolitik juga diklaimnya memacu pertumbuhan kedelai. Selain itu, bakteri itu juga mampu berfungsi sebagai biofertilizer atau memperbaiki sifat tanah.

Head of Scholarship & Leadership Development Tanoto Foundation Aryanti Savitri mengatakan, Tanoto Student Research Award (TSRA) merupakan inisiatif Tanoto Foundation dalam mendukung generasi muda untuk berinovasi melalui penelitian terapan di kampusnya masing-masing serta diharapkan dapat membangun potensi hilirisasi penelitian.

TSRA telah berjalan sejak 2007 yang bermitra dengan IPB University, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, dan Universitas Hasanudin.

Baca Juga: Pertandingan IBL 2021 Akan Ditentukan Dalam Rakor Polri dan Menpora

Tahun 2021 ini, 24 tim finalis TSRA dikompetisikan di tingkat nasional dalam dua kategori yaitu teknologi dan sains.

“Melalui Tanoto Student Research Award ini, kami juga ingin meningkatkan jumlah peneliti di Indonesia, terutama para peneliti muda yang tumbuh dari perguruan tinggi,” katanya.*** (Muhammad Ashari/Pikiran Rakyat).

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x