Sutan Sjahrir Mengubah Sistem Presidensial Menjadi Parlementer

- 7 Juni 2022, 21:17 WIB
Ilustrasi Sutan Sjahrir/Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil
Ilustrasi Sutan Sjahrir/Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil /

PRIANGANTIMURNEWS- Beberapa hari setelah menjadi perdana menteri, akhir November 1945, Sutan Sjahrir menghadiri rapat Akbar di alun-alun Kota Cirebon, Jawa Barat.

Ia berpidato dengan tenang. Seorang hadirin bertanya,"Mengapa dalam buku Perdjoengan Kita tak satu pun di sebut nama Tuhan ?,"

Sjahrir tertawa. Ia menjawabnya dengan sebuah cerita. Ketika kecil dan bersekolah di Medan, katanya, ia membaca buku-buku matematika yang ditulis seorang pastor.

Baca Juga: KASUS SUBANG TERKINI: Danu dan Yosep Saling Tuduh, Ini Saksi yang Dicurigai oleh Kepolisian Sebagai Pelaku!

Meski yang menulis pastor, tak sekali pun ada nama Tuhan di sana. "Perdjoeangan Kita adalah buku politik yang penuh perhitungan. Buku itu tak ditulis berdasarkan emosi," kata Perdana Menteri 36 tahun itu.

Kisah ini diceritakan Hamid Algadri, bekas Menteri Penerangan yang menemani Sjahrir berpidato, salam memoarnya. Dengan jawaban itu, kata Hamid, terlihat benar Sjahrir orang yang rasional.

Pamflet Perdjoengan Kita ditulis dan diterbitkan pada 10 November 1945, lima hari sebelum Sjahrir menjadi Perdana Menteri, bertepatan dengan bentrok fisik para pemuda dengan tentara Inggris di Surabaya.

Baca Juga: Pengunjung Kebun Binatang Kakinya Ditarik Orang Utan, Diduga Mau untuk Buat Konten

Hari yang ditandai dengan pekik" Merdeka atau Mati" itu kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Bagi Sjahrir, peristiwa itu satu contoh Indonesia masih labil dan lemah. Setelah kekuasaan tiga setengah tahun Jepang berakhir, Indonesia disergap kerusuhan dan kekacauan.

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x