Sutan Sjahrir Mengubah Sistem Presidensial Menjadi Parlementer

- 7 Juni 2022, 21:17 WIB
Ilustrasi Sutan Sjahrir/Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil
Ilustrasi Sutan Sjahrir/Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil /

Laskar-laskar pemuda menyerang tentara Sekutu. Toko-toko diserbu dan di rampok, pembunuhan warga Tionghoa, Indo, Ambon, dan Manado terjadi di mana-mana.

Dengan penuh gelora dan kritik tajam, Sjahrir melukiskan situasi Indonesia di awal kemerdekaan itu pada bagian pertama Perdjoengan Kita.

Baca Juga: Meski di Tengah Perang, Liga Ukraina Akan Dimulai Kembali Pada Agustus 2022

Dengan jernih Sjahrir menunjukan bahwa kerusuhan, pemecahan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok, serta agitasi kebencian kepada ras bangsa Jepang akan menimbulkan sebuah kekuatan fasis baru diri dalam negeri sendiri.

Ia mengkritik, pekik merdeka hanya simbol kosong dari euforia kebebasan. Proklamasi 17 Agustus 1945 ia hantam sebagai peluang menyusun kekuasaan tapi tak dipakai oleh para pemimpin karena mereka terbiasa membungkuk dan berlari untuk Jepang dan Belanda.

Sjahrir sendiri absen saat Soekarno Hatta membacakan pernyataan Indonesia merdeka itu.

Bagian kedua pamflet ini mengurai bagaimana seharusnya Indonesia menyusun kekuatan dan menegakkan Republik. Bagi Sjahrir, kekuatan itu harus dimulai dengan revolusi kerakyatan.

Baca Juga: 5 Pemain Sepakbola Paling Berharga di Dunia Saat Ini, Haaland dan Pedri Masuk Nominasi, Siapa Nomer 1??

Revolusi yang dipimpin golongan demokratis, bukan Nasionalistis yang membudak kepada fasis lain. "Politieke collaboratoren harus dipandang juga sebagai fasis berdosa dan berkhianat pada perjuangan dan revolusi rakyat", tulisnya.

Kalimat ini yang memicu kemarahan tokoh politik ketika itu. Jenderal Soedirman, pemimpin tentara pembela tanah air yang dibentuk Jepang, menyebut pernyataan Sjahrir kurang bijak.

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Sjahrir Peran Besar Bung Kecil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x