Tetapi menurut Dedi Mulyadi, nelayan sudah kehabisan ruang untuk mengambil ikan, pada akhirnya mereka diperiksa oleh polisi karena dianggap menghalang-halangi penambangan, lalu mereka melakukan aksi naik ke kapal penghisap dan timah.
"Akhirnya mereka ditangkap juga, dan mereka ada kemungkinan dibarter, dilepas atau berhenti protes pengambilan timah," katanya.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Kemenhub Pastikan Pelayanan Transportasi Laut Tetap menjadi Prioritas
Dedi Mulyadi juga sampaikan keresahan kepada KKP, "Setiap hari kita bicara keberpihakan kepada nasib nelayan tetapi kita tutup mata kepada mata pencarian ikan nelayan di pantai Bangka Belitung," ungkapnya.
Komisi IV sebut pernah berkunjung kesana dan sampai hari ini tindakan terhadap nelayan masih berlangsung.
"Saya yakin dalam jangka panjang Provinsi Bangka Belitung akan kehilangan ikan," katanya.
Baca Juga: Vaksin Pfizer, Jenis Vaksin Baru dan Efektivitasnya Mencegah Virus Covid-19, Ini Penjelasannya
Karena menurut Dedi Mulyadi, ruang lautnya akan dihalangi oleh pertambangan ujungnya adalah selesai penambangan masyarakat akan kehilangan mata pencarian karena reklamasi dan recovery lingkungan sering kali tidak konsisten oleh para pengusaha
Dedi Mulyadi juga sampaikan permintaan maaf untuk para nelayan di Bangka Belitung. "Saya belum memberikan bantuan secara optimal, baru hal seperti ini yang dapat saya lakukan," katanya.
"Semoga semua pihak terbuka hatinya tentang pentingnya menjaga ruang laut agar para nelayan bisa hidup sejahtera," pungkasnya.***