Bunyi lesung (lisung) yang dipukul bertalu, mengiringi nyanyian yang isinya penuh dengan petuah atau wejangan.
Tidak ketinggalan, warga juga membuat masakan khusus yang disantap bersama. Salah satu makanan yang selalu ada yakni ketupat khas kampung kuta.
Baca Juga: Bupati Majalengka Minta Kasus Rebutan Lahan yang Menewaskan Dua Korban Harus Dituntaskan
Termasuk kudapan dari aneka umbi-umbian yang ada di Kampung Adat Kuta. Kemudian juga doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur, serta diakhiri dengan makan bersama.
Seperti dilansir priangantimurnews.com dari Pikiran Rakyat, budayawan Ciamis Arip Saripudin tradisi Nyuguh berlangsung turun temurun sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada sang Pencipta.
Nyuguh sangat sarat makna, jangan hanya melihat yang tersurat atau nyata tapi juga dilihat yang tersirat.
“Tradisi ini berlangsung turun temurun, sebagi ugkapan rasa syukur kepada Sang Pecipta. Nyuguh itu sangat sarat makna, jangan hanya melihat yang tersurat atau nyata, akan tetapi juga yang tersirat,” kata Aip Saripudin, Budayawan Ciamis, Senin 4 Oktober 2021.
Dia menambahkan kegiatan Nyuguh di kampung Kuta dilaksanakan tidak melebihi taggal 25 Bulan Shafar (kalender Hijriyah).
Selama berlangsungnya tradisi tersebut, warga adat mengenakan baju atasan warna putih dan bawah warna gelap.