PRIANGANTIMURNEWS – Inner child adalah sifat maupun sikap alamiah kekanak-kanakan seseorang yang masih muncul walau sudah dewasa. Walau kemunculannya tersebut spontan atau tidaklah lama.
Ada yang mengatakan bahwa karakter seseorang saat dewasa, itu terbentuk dengan sempurna dilihat dari masa kecilnya. Jika masa kecilnya bahagia, seseorang tersebut akan tumbuh menjadi sosok dewasa yang sempurna. Tetapi Jika sebaliknya, begitu pula hasil sebaliknya.
Jawaban atas pernyataan diatas tidaklah benar, faktanya seseorang masih dapat tumbuh dengan dewasa dilingkungan yang sulit. Bahkan pengalaman sulitnya tersebut mengantarkan pada kesuksesan.
Kasus inner child bukan berarti pengalaman buruk atau keras menghambat pertumbuhan, hal tersebut tergantung penerimaan seseorang atas pengalaman masa kecil.
Baca Juga: KPU Kota Tasikmalaya Sampaikan Tahapan Pemilu 2024 Dan Penambahan Dapil
Tetapi apabila disandingkan pada sebuah pengalaman buruk tersebut sebagai poin pemicu kasus, itu benar.
Singkatnya, inner child digambarkan sebagai bagian dari diri seseorang yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap kanak kanak.
Seolah bayangan, diri ini menjadi perwujudan masa lalu seseorang yang bersembunyi dalam dirinya, mengikat erat ingatan maupun emosi lampau.
Teori tersebut pertama kali diperkenalkan oleh psikoanalisa, Freud (1856-1939) yang menerangkan inner child sebagai mekanisme pertahanan diri ketika seseorang menghadapi stress atau ancaman dari lingkungan yang akan memicu munculnya mekanisme pertahanan diri.