Para peserta dalam upacara itu menggunakan pakaian adat, pria menggunakan pangsi, bendo dan ibu ibu memakai pakaian kebaya.
"Apa ditampilkan patut dilestarikan. Perpaduan nasionalisme dengan budaya tradisional, pakaian sunda," ujar Nana yang juga Ketua DKM Rahmatullah itu.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah, DKM Rahmatullah Perum BRP Gelar Istigosah dan Doa Bersama
Mengenai kendala, memang ada namun bisa diatasi. Kendala itu karena para petugas upacara harus menggunakan bahasa dan pakaian sunda.
Termasuk dalam tata upacara walaupun dengan adat sunda tetapi mutlak harus menaati pakem upacara bendera.
"Itu saja kendalanya, tapi semua bisa diatasi. Ini berkat kekompakan semua warga untuk mewujudkan BRP ngahiji. BRP bersatu," katanya.
Uniknya lagi, meski upacara dengan adat Sunda. Namun peserta berasal dari beragam budaya, ada dari Jogja, Jateng, Menado, Padang.
Bahkan komandan upacara juga bukan orang sunda, tetapi dari Yogyakarta. Dan ternyata bisa juga.
"Bagus itu, pak Kompol (Purn) Dikdik Rohim Hadi, ternyata bisa jadi komandan dengan bahasa Sunda," kata Nana sambil menyebutkan bahwa Pembina upacara juga pensiunan Jenderal, yakni Brigjend Pol (Purn) Aan Iskandar.