Dilaporkan bahwa operasi militer Israel yang bernama 'Break the Wave' di kamp Jenin tersebut merupakan yang terbesar sejak peristiwa Intifada Al Aqsa 2002.
Hal tersebut karena dalam operasi tersebut Israel kerap kali melanggar hukum Internasional, sengaja membunuh warga sipil secara acak ke kamp-kamp pengungsian. Bahkan anak-anak dan lansia pun mereka tembak.
Selain itu juga Aleef Sabbagh, analis politik spesialisasi dalam urusan Israel mengatakan operasi yang terjadi hari Kamis, 26 Januari 2023 seperti peringatan dari serangan yang akan jauh lebih besar lagi.
“Kurangnya tanggapan, baik Arab maupun internasional atas apa yang dilakukan Israel, mendorongnya untuk melanjutkan penggerebekan dan pembunuhannya,” ungkap Sabbagh.
Baca Juga: Cipung Ternak Dino! Sus Rini Beri Nama Semua Dino
Mengingat semakin kerasnya sayap kanan Israel terhadap warga Palestina, menyebabkan negara tersebut membutuhkan bantuan negara lain untuk menyelamatkan warga dan menghentikan serangan Israel yang semakin gila.
Dalam kejadian tersebut sembilan warga Palestina meninggal di Jenin dan 20 orang terluka di mana empat diantaranya dalam keadaan kritis.
Disebabkan serbuan tentara Israel yang membabi buta di wilayah pendudukan Tepi Barat pada Kamis, 26 Januari 2023. menurut sumber dari pihak Palestina, seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Pasukan Israel dilaporkan telah menyerbu kamp pengungsi Jenin, menyebabkan bentrokan antara puluhan warga Palestina dan tentara Israel. Sebagaimana saksi mata menyampaikan betapa brutalnya Israel, mereka menyebut tindakan pembantaian.
Baca Juga: Djokovic Bertemu Stefanos Tsitsipas di Final Australia Open
Ketegangan di Tepi Barat memang meningkat dalam beberapa pekan terakhir, bersamaan dengan terpilihnya sayap kanan Israel baru yang semakin keras terhadap Palestina.