Pemilu Turki Dibayangi Ilusi Barat, Jurnalis Turki: Bukan Urusan Luar Negeri

- 9 Mei 2023, 21:08 WIB
Recep Tayyip Erdogan ketika mengumpulkan massa di Istanbul, dan berjanji jika menang kembali akan meningkatkan ekonomi Türkiye, industri pertahanan, dan sumber daya energi.
Recep Tayyip Erdogan ketika mengumpulkan massa di Istanbul, dan berjanji jika menang kembali akan meningkatkan ekonomi Türkiye, industri pertahanan, dan sumber daya energi. /Anadolu/

PRIANGANTIMURNEWS - Pemilihan Umum Turki dibayangi ilusi dari Negara Barat yang bergerak keluar dari koridor mereka.

Pemilu Turki diselenggarakan pada 14 Mei mendatang ternyata telah menarik perhatian internasional secara signifikan.

 

Hampir seluruh media massa besar, terutama di Eropa menjulukinya sebagai 'pemilihan paling penting tahun 2023'.

Baca Juga: Kanwil Jabar Jalin Latihan Survival Bersama Kodam lll Siliwangi

Saingan terberat Presiden Recep Tayyip Erdogan adalah Kemal Kılıçdaroğlu, yang memegang pengaruh penuh di Partai Politik Republik (CHP).

Pendiri CHP adalah Mustafa Kemal Atatürk, penggagas Islam liberal Turki. Pengubah sistem Monarki Turki yang dipimpin oleh Bani Utsmaniyah ke sistem Demokrasi.

Selain itu, banyak pihak Barat tampak berharap Turki mengganti Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dengan kepemimpinan liberal yang lebih akomodatif.

Dimana perubahan tersebut akan membawa perubahan besar dalam kebijakan domestik dan internasional negara tersebut, termasuk keberpihakan utuh pada Barat.

Baca Juga: Mengejutkan!! Legenda Barcelona Mengklaim Cristiano Ronaldo 'ditipu' untuk bergabung dengan Al Nassr

Partai Hijau (DIe Gurnen) Jerman bahkan menyebut secara terang-terangan agar rakyat Turki tak memiliki Erdogan.

Pernyataan tersebut ditujukan sebagai dukungan terhadap pihak oposisi, dan menyebut Erdogan dengan pemimpin otoriter dan anti-demokrasi.

Bahkan media massa Inggris, 'The Economist' juga telah keluar jalur. Media massa tersebut menulis covernya dengan tulisan 'Pemilu Paling Penting di 2023'.

 

Dengan menyertakan bendera Turki, tulisan 'Erdogan harus pergi' dan 'Selamatkan Demokrasi'.

"Pemilu Turki adalah yang paling penting di manapun di dunia pada tahun ini," tulis The Economist

Baca Juga: Berita Transfer PSG: Manajemen ingin Lionel Messi bertahan, Leeds United mengincar El Chadaille Bitshiabu

"Jika Recep Tayyip Erdogan kalah, itu akan menunjukkan bahwa erosi demokrasi bisa dibalik dan bagaimana orang kuat lainnya bisa disingkirkan," lanjutnya.

"Kekalahan Recep Tayyip Erdogan akan berdampak secara global," tulis opini tersebut.

Pernyataan mereka ramai-ramai diserang kembali oleh para 'Jurnalis Turki', yang menekankan kebenaran bahwa pihak luar menekan Erdogan untuk dijatuhkan.

Ragip Soylu, Jurnalis Turki membungkam Partai hijau dengan menyebut hal tersebut adalah bukan urusan Politik Jerman.

"Pertama, bukan urusan Partai Hijau Jerman untuk membicarakan siapa yang akan didukung dalam pemilihan Turki," ujar Ragip.

"Kedua, dengan melakukan itu mereka sebenarnya justru membantu narasi Erdogan yakni kekuatan eksternal ingin dia pergi," lanjutnya.

Baca Juga: HEBOH! Manchester United Memberi Kode Saat Lionel Messi Atas Laureus Sportsman of the Year pada tahun 2023

Ibrahim Karagul, salah satu Jurnalis Turki juga ikut menggaris bawahi penyerangan tak langsung oleh pihak global.

"The Economist, majalah retainer global. Mereka menyerang bersama-sama. Mari lindungi Turki dari penyerangan interna dan Global," ujar Ibrahim.

 

Dari kantor berita Al jazeera menegaskan bahwa hal tersebut masih berupa angan-angan. Bahkan jika Erdogan tersingkir, warisannya pasti akan bertahan.

Opini Barat menggambarkan Presiden Turki sebagai 'Putin yang lain'.

Yakni seorang otokrat yang populis mencoba memecah belah, bertekad untuk mengejar impian akan kekaisaran besar.

Media menggambarkannya sebagai penghancur Turki yang telah membawa rakyatnya pada sistem nepotisme yang meluas, ekonomi yang lemah, inflasi tinggi, dan devaluasi mata uang.

Baca Juga: AC Milan vs Inter Milan di Semifinal Liga Champions: Pratinjau, Jadwal, H2H, Prediksi Skor

Namun sebaliknya untuk Kemal Kilicdaroglu,
Barat mengambarkan dirinya sebagai pemimpin yang rendah hati dan bertanggung jawab.

Pahlawan yang akan memulihkan demokrasi liberal dan memperbaiki hubungan dengan Barat apabila menang.

Bisa ditebak, penggambaran tersebut seperti itu dikecam oleh media Turki dan diejek sebagai arogan dan khayalan belaka.

Erdogan memahami bahwa pemilu menang dan kalah adalah urusan dalam negeri bukan urusan luar negeri.

Oleh karena itu, dirinya telah membuat pengumuman besar menjelang pemilu tentang nasib Turki yang akan datang.

Baca Juga: Fiorentina vs FC Basel di Semifinal UEFA Conference League: Pratinjau, Jadwal, H2H, Prediksi Skor

Jika Erdogan menang, dirinya memastikan akan menggandakan agenda domestik dan luar negerinya. Terutama terhadap Rusia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Erdogan akan terus mengejar pendekatan hibrida terhadap kekuatan besar dengan menyeimbangkan kepentingan Turki dengan Barat dan Rusia.

Mencoba mempertahankan keanggotaan Turki di NATO sambil memperkuat hubungan perdagangan dan geopolitik dengan Rusia.

 

Disisi lain Kilicdaroglu, akan cenderung membalikkan beberapa kebijakan politik dan ekonomi domestik pendahulunya.

Dengan membatalkan beberapa tindakan non-liberal yang diberlakukan sejak 'kudeta gagal Turki tahun 2016'. Itu demi mendukung institusionalisme yang lebih besar.

Kilicdaroglu yang tidak memiliki pengalaman kebijakan luar negeri akan berfokus pada masalah dalam negeri dan ekonomi yang lemah.

Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Liverpool Akan Finis di Zona Liga Champions musim ini

Jika terpilih, dirinya akan melunakkan nada Turki terhadap mitra Barat dan NATO. Menghapus hak veto atas keanggotaan Swedia dalam aliansi militer tersebut.***

Editor: Galih Cipta Nugraha

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah