Dampak putusnya jembatan membuat warga Cidanas yang ditaksir berjumlah 13 jiwa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Sesah kaditu kadieu (sulit untuk kemana-mana)," kata Amirah.
Untuk berbelanja ke warung, warga mesti berjalan kaki memutar meniti pematang sawah dan menyeberangi Sungai Cipicung menggunakan titian bambu terlebih dahulu.
Baca Juga: Antisipasi Kerumunan, Balap Kuda di Babak Kualifikasi Porpov Jabar 2021 Tanpa Penonton
Sementara sepeda motor sudah tak mungkin lagi digunakan. Amirah mencontohkan, nasib anaknya yang bekerja di Cianjur dan pulang ke rumah sekitar satu pekan sekali.
Saat pulang, sang anak terpaksa berjalan kaki setelah menitipkan kendaraannya di rumah adiknya atau disembunyikan di hutan jati.
Warga yang mau membangun rumah juga kebingungan karena kesulitan mengirimkan bahan-bahan material karena ambruknya jembatan.
Jembatan pun punya nilai penting bagi warga luar yang memiliki kebun atau sawah di wilayah Cidanas. Dengan putusnya jembatan, mereka sudah tak bisa menggunakan lagi motor untuk menyambangi ladang dan sawahnya.
Amirah menuturkan, jembatan tersebut awalnya dibangun untuk keperluan penambangan pasir pada sekira 2009 lalu. Sebelumnya, warga hanya menggunakan jembatan bambu di lokasi itu.
Baca Juga: Cek Penanganan Covid 19 di Kudus, Panglima TNI, Kapolri dan Kepala BNPB Perintahkan Ini