“Apabila ini tidak terkendali, maka fungsi organ-organ tubuh lainnya akan rusak,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Virus Corona merupakan pematik yang bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh. Sedangkan penyakit seperti diabetes, obesitas, atau hipertensi merupakan penyakit yang bisa meningkatkan peradangan tersebut hingga tak terkendali.
Di samping itu, banyaknya virus yang masuk ke dalam tubuh dan faktor imunitas yang terbilang rendah dapat memperparah peradangan tersebut. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan pasien yang telah dinyatakan negatif dari Covid-19 - kondisinya justru semakin memburuk.
Baca Juga: Mutasi Covid-19 dari India dan Afrika Selatan, Menkes: Dua di Jakarta dan 1 di Bali
“Virus Corona ini layaknya sebuah pematik api. Dia menyalakan api peradangan dalam tubuh. Sedangkan kondisi obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit autoimun menjadi bensin peradangan. Inilah mengapa virusnya sudah tidak ada, tapi nyala apinya bisa terus berjalan,” ungkap dr. Jaka Pradipta dalam cuitan selanjutnya.
“Selain itu, banyaknya virus yang masuk, jenis virusnya serta faktor imunitas yang rendah juga menyebabkan peradangannya sulit untuk terkendali. Nyala api terus membara,” lanjutnya.
“Inilah yang terjadi pada pasien post covid yang mengalami perburukan setelah dinyatakan sembuh. Peradangan masih berjalan secara pelan-pelan namun pasti, sampai akhirnya gejala berat kembali muncul,” tegasnya.
Jika gejala-gejala dari adanya virus corona kembali muncul, ia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan marker peradangan (CRP) dan marker kekentalan darah. Dan ia juga menyarankan agar orang yang mengalami gejala tersebut untuk segera datang mendatangi ahli kesehatan.