Janji Pangkas Produksi, Harga Minyak Saudi Masih Tertinggi 11 Bulan Terakhir Ini

- 8 Januari 2021, 09:38 WIB
Kapal tanker bersandar pengilangan minyak, Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat
Kapal tanker bersandar pengilangan minyak, Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat /ANTARA/
PRIANGANTIMURNEWS- Sudah mencapai level tertinggi dalam 11 bulan, Harga minyak Saudi menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan, Kamis, 7 Januari 2021.
 
Pasar tetap fokus terhadap janji yang tidak diduga, Arab Saudi memperdalam pemotongan produksi dan penguatan ekuitas, mengabaikan gejolak politik di Amerika Serikat.
 
Dikutip Priangan Timur News dari antara, 'Minyak sentuh tertinggi 11 bulan setelah Saudi janji pangkas produksi' Jumat, 8 Januari 2021.
 
 
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik delapan sen menjadi menetap di 54,38 dolar AS per barel setelah menyentuh 54,90 dolar, posisi tertinggi yang tidak terlihat sejak sebelum penguncian COVID-19 pertama di Barat.
 
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 20 sen menjadi ditutup pada 50,83 dolar AS per barel, setelah mencapai sesi tertinggi di 51,28 dolar AS.
 
Pada Rabu (6/1/2021), harga minyak mentah berjangka sempat turun ketika pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Capitol AS, setelah Trump mendesak mereka untuk memprotes pengesahan Kongres atas kekalahannya dalam pemilihan.
 
 
Harga minyak minggu ini telah didukung oleh janji Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, untuk memangkas produksi dengan tambahan satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret.
 
“Pada bulan depan, pasar bullish ini dapat kembali ke level yang lebih tinggi terutama dengan diuntungkan dari pengurangan produksi sukarela sebesar satu juta barel per hari di Arab Saudi,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, dikutip dari Reuters.
 
Tujuh kargo minyak mentah Brent dibeli dan dijual di jendela perdagangan yang dioperasikan oleh Platts pada Kamis (7/1/2021), jumlah rekor yang menurut sumber perdagangan mungkin mencerminkan pasokan yang lebih ketat setelah pemotongan yang mengejutkan.
 
 
“Arab Saudi ... sangat mengetahui hubungan antara harga minyak dan tingkat persediaan global. Persediaan yang lebih rendah sama dengan harga yang lebih tinggi," kata kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.
 
Ekuitas global lebih tinggi karena investor percaya Presiden terpilih dari Partai Demokrat AS Joe Biden akan memperdayakan belanja lebih bebas menyusul kemenangan dua Demokrat dalam pemilihan Senat di Georgia yang memberi partai kendali atas kedua kamar di Kongres AS.
 
"Langkah-langkah stimulus yang diharapkan di bawah pemerintahan Biden yang kemungkinan akan mencakup investasi infrastruktur yang signifikan merupakan pertimbangan pendukung yang mampu meningkatkan permintaan bensin dan solar," kata Ritterbusch.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah