Disinggung Masalah Pasar Ekspor Perkebunan, Mentan: Inilah Momentumnya

- 28 Desember 2021, 19:22 WIB
 Mentan saat memimpin sidang pelaksanaan pertemuan ke-43 para Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN (AMAF) secara virtual di Jakarta
Mentan saat memimpin sidang pelaksanaan pertemuan ke-43 para Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN (AMAF) secara virtual di Jakarta / Instagram @syasinlimpo/

PRIANGANTIMURNEWS - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo meminta produk pertanian subsektor perkebunan bisa mandiri dan modern serta mampu menguasai pasar ekspor di tahun 2022.

Itu semua karena menjadi sektor strategis yang mendukung kinerja positif pertanian khususnya selama pandemi Covid-19.

 
"Ini adalah momentum untuk konsolidasi atas apa yang sudah kita lakukan satu tahun ke belakang, dan apa yang akan kita lakukan di tahun mendatang, maka di 2022 perkebunan harus menjadi sektor yang makin maju mandiri dan modern," kata Syahrul saat membuka Rapat Koordinasi Pembangunan Perkebunan di Bogor.
 
 
Sektor Perkebunan, kata Syahrul harus mempunyai program unggulan yang dapat mengaktualisasikan sektor ini di tahun mendatang.
 
Syahrul mendorong agar sektor ini mampu melakukan berbagai bentuk akselerasi baik dari sisi hulu hingga hilir.
 
Dia meminta agar seluruh pihak yang terlibat di sektor ini berani menampilkan komoditas unggulan baru di sektor perkebunan.
 
 
"Tidak hanya sawit, kita punya komoditas unggulan perkebunan lain yang juga memiliki potensi besar bahkan di pasar dunia, ada kopi, kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, pala, dan cengkeh serta komoditas perkebunan lainnya, potensi ini dapat menjadi modal kita untuk melakukan lompatan-lompatan," kata Syahrul.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik nilai ekspor pertanian Januari-November 2021 sebesar Rp569,11 triliun atau naik 42,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya mencapai Rp399,45 triliun, dan sebagian besar dari nilai tersebut merupakan kontribusi dari sektor perkebunan.
 
"Kinerja ini harus terus dijaga bahkan ditingkatkan, ke depan saya ingin warung-warung kopi di dunia harus ada kopi Indonesia, dan produk-produk perkebunan lainnya harus ada di tempat-tempat strategis di dunia,” katanya.
 
Baca Juga: Indonesia Mendeteksi Kasus Omicron COVID-19 yang Ditularkan Secara Lokal Pertama

Plt. Direktur Jenderal Perkebunan Ali Jamil mengatakan luas areal perkebunan Indonesia mencapai 27,5 juta hektar dan 65 persen di antaranya adalah perkebunan rakyat.
 
Perkebunan rakyat ini memerlukan dukungan berbagai pihak untuk menghadapi berbagai tantangan baik dalam aspek produktivitas, skala usaha, kepemilikan lahan, hingga permodalan, pembiayaan maupun inovasi teknologi.
 
"Perkebun rakyat memerlukan dukungan untuk bangkit dalam menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan pembangunan perkebunan, sehingga perlu ada intervensi pemerintah, kerjasama dan sinergi antara kementerian lembaga dan pemangku kepentingan lainya," kata Jamil.
 
Baca Juga: Samsung Galaxy M33 5G Muncul di Geekbench, Daftar Mengungkapkan Detail Tentang Perangkat

Skema anggaran dalam pembangunan perkebunan rakyat mulai diarahkan agar tidak hanya bergantung dengan APBN, tetapi diarahkan pada pemanfaatan KUR, CSR dan sumber pembiayaan lainnya.
 
"Oleh karena itu, kami meminta kepada segenap jajaran pertanian dan stakeholders terkait agar bekerja bersama-sama memastikan pelaksanaan kegiatan hingga tercapainya tujuan pengembangan pembangunan perkebunan," katanya.***
 
 
 
 
 

Editor: Muh Romli

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x